Selamat Datang Di Kota Batik Pekalongan.Portal Penulis Pekalongan Dan Sekitarnya.Sahabat Media Juga Dapat Mengirimkan Informasi Sekitar Pekalongan Melalui Email : dhimashr@gmail.com Atau Sms Online Di 0815 480 92192***###########***Swanten Qustique Lagi Nyari Singer Cewe Yang Suka Banget Ma Lagu2nya Nicky Astrea. Yang Merasa Punya Hoby Nge Rock Dengan Bit Bit Slow Silahkan Persiapkan Mental Buat Gabung Bareng Kita Yaaak. Wilayah Comal Bojong Sragi Diutamakan Untuk Mempermudah Jarak Tempuh.SMS Dulu Juga Boleh......

Monday 16 August 2010

Berita Hari Ini » CerPen_Aku Memanggilnya Pram

CerPen_Aku Memanggilnya Pram

0 comments
Aku Memanggilnya Pram_Oleh Erna

PromediaStory's_Pram menyatakan cintanya lagi kepadaku. Lagi?.
Sebenarnya tidak juga. Aku yang terlalu mencintai Pramana. Dia belum pernah menyatakan, kecuali ke GR anku yang menyimpulkan kebaikannya sebagai tanda cinta.. itu enam belas tahun yang lalu. Tapi ketika cintaku bersambut ini sudah terlambat…karena aku sudah tidak pernah dan tidak mungkin berada disisinya lagi…

Aku tidak mau mencari kesalahan siapa ini…karena kata orang bijak..cinta tidak pernah salah…yang salah adalah dia datang pada waktu dan tempat yang tidak tepat.

Hubunganku dengan Pram terputus hampir sembilan tahun. Aku mungkin satu-satunya pecinta sejatinya yang tidak pernah dia sadari…Aku memendam cintaku padanya sejak aku mengenalnya enam belas tahun yang lalu. Dan saat aku jatuh cinta kepadanya…dia tidak pernah jatuh cinta kepadaku…hanya saja dia masih baik, bersikap sopan dan tidak terang-terangan menolakku…Tapi aku perempuan…tahu dirilah…jelas aku terlihat norak banget kalau terang-terangan nguber dia..Dengan sikapnya yang ‘biasa-biasa’ saja…membuatku tahu aku harus bersikap bagaimana.

Aku meninggalkan segala indah mimpiku tentang Pramana. Aku mendapatkan tambatan hati tempatku berlabuh, menebar canda dan tawa…yang inginnya tanpa air mata…tapi ini kehidupan …tak mungkin sebelas tahun perkawinan ku tanpa diwarnai air mata.. Yang indah..pasti juga dibarengi kekecewaan yang tidak sedikit..karena ketidakpuasan dan minimnya komunikasi..

Saat badai rumah tanggaku belum usai..aku bertemu Pramana lagi…lebih tepatnya pertemuan tak terduga…Pertemuan yang menyisakan air mata buat semua yang mencintaiku…

Setelah beberapa kali pertemuan kami jadi ‘kecanduan’. Gak ngobrol sehari, atau ndak sms-an sehari serasa dunia mau runtuh. Frekwensinyapun makin sering. Aku mendapatkan kesegaran baru di tengah prahara rumah tanggaku. Pertengkaran dengan suamiku yang selalu menyesakkan dadaku. Trauma ‘digebukin’ selalu menghantui pikiranku. Aku menjadi merasa memiliki pembenar untuk menjalin hubunganku yang terputus dengan Pram…apalagi Pram sampai detik ini masih sendiri…(walau dia merencanakan pernikahan dengan pacarnya tahun ini). Jadi dia punya banyak waktu untukku. Mendengarkan keluhanku…menemaniku memilih buku, bahkan menjadi bulan-bulananku saat aku stress. Sosoknya yang tenang, selalu mampu meneduhkan kobaran amarahku. Aku sangat nyaman bersamanya. Aku bahagia di sisinya. Bahkan saat-saat menjelang dia melepas lajangnya, dia masih ‘milikku’ dan akupun miliknya. Tapi Tuhan berkehendak lain, dia harus memilih salah satu dari cintanya..aku atau dia..begitu juga aku…aku sejujurnya tak bisa
egois memenuhi segala keinginanku hanya demi seorang Pramana..cinta di masa laluku… Jelas ini tidak adil buat keluargaku…dan ini juga tidak adil untuk wanita yang juga mencintainya.

Sore itu matahari sungguh teduh, ini tidak sebanding dengan kegundahan perasaanku mencari keberadaan Pramana. Telpon selulernya tidak dijawab, sms ku tidak dibalas…Ke rumahnya? Apa iya aku sanggup ke rumahnya lagi? Siapa aku? Apa iya aku belahan jiwa Pramana? Menghitung kancing baju…memutuskan menemui Pramana di rumahnya. Aku berniat menyelesaikan kesalahpahaman sms pagi tadi dengan Pramana..sms mesra yang berbuntut “perang sms..”. Sejujurnya perang bathin enam bulan belakangan membuat aku stress. Jelas saja, karena aku istri dari laki-laki lain, bukan istri Pram!

Pram tidak di rumah. Berkali kali aku menarik nafas menenangkan diri. Tidak biasanya Pram seperti ini. Aku mulai gelisah, air mataku mengaliri pipi, kenapa Pram ini? Pram pasti benar-benar membenciku…bathinku…Aku mulai mengingat-ingat kata-kata di sms yang tadi pagi kukirim untuknya. Bagiku kata-kataku tidak menyakitkan hati, tapi kenapa Pram sedemikian marahnya. Aku ingin sekali menyelesaikan kesalahpahaman ini. Tapi Pram tak kunjung datang.

Hampir dua jam aku duduk di teras rumahnya, akhirnya Pram datang. Wajahnya kusut dan tidak biasanya dia cemberut dan punya air muka marah seperti itu. Dia tidak menolehku, aku memulai pembicaraan…
‘dari mana saja sich Pram?’ ‘kenapa sich sms dan telponku tidak kamu jawab?’
‘aku ndak bawa hape’ jawabnya ketus. Sesaat kami tanpa suara…Pram masih ‘tak sudi’ memandangku…
‘Pram…maafin aku ya…’ usahaku melepas keheningan…
Pram masih terdiam. ‘Pram, apa aku minta terlalu banyak darimu?’
‘Sudahlah, aku lagi males, aku kesel banget’ sahutnya. Akupun tak membiarkan dia menyelesaikan penjelasannya sampai di sini
‘ayolah Pram apa semua karena aku?’ tanyaku memelas
‘aku kesel…kalian perempuan tuh maunya apa sich?’ aku terhenyak…’kalian?’ maksudmu Pram?’
‘aku baru saja dari rumah Mita, berkali-kali dia telpon dan sms bilang kangen dan mau ketemu aku, setelah aku ke sana dia ndak ada dan entah pergi ke mana…’
‘lalu…apa hubungannya denganku? Tanyaku kemudian…
‘ya kamu tadi kan marah-marah karena hari ini aku bilang aku gak bisa nemuin kamu’
‘tadi aku gak marah Pram, aku gak bermaksud marah…aku cuman…’
‘sudahlah Pram aku gak ngerti…’jawabnya.

Dia juga memanggilku Pram, karena namaku Prameswari, sedangkan dia Pramana, akupun memanggilnya Pram…mungkin sebetulnya kami jodoh…

‘Pram, yang harus kamu tau adalah…bahwa ada dua orang perempuan yang sangat mencintai dan ingin perhatian lebih darimu itu saja’…
‘aku pamit dulu Pram…moga kita bisa ketemu lagi’, lanjutku

Dadaku sesak sekali. Setiba di rumah aku berbaring, dan aku makin tak mampu bernafas. Aku masih sempat mandi. Aku berusaha mengatur nafas, tapi tetap sulit bernafas dan dada kiriku nyeri sekali. Menjelang malam aku makin sulit bernafas. Aku minta suamiku mengantarku ke UGD, karena kupikir aku butuh oksigen. Ini ketiga kalinya aku begini. Pertama ketika aku duduk di bangku SMA entah kenapa tiba-tiba aku kesemutan seluruh tubuh, badanku dingin dan sulit bernafas. Yang kedua ketika dua tahun usia pernikahanku, ketika itu aku habis ribut besar dengan suamiku gara-gara perempuan yang sering pergi bareng dia, yang katanya temen sekantornya. Dan ini kali ketiga…

Aku harus opname, kondisiku semakin parah. Aku kejang kejang dan tak mampu bicara. Sebagian tubuhku tak mampu kugerakkan. Semakin hari kondisiku bukannya semakin membaik tapi sebaliknya. Pram menjengukku tiap malam. Tapi aku tak mampu bicara, karena bernafaspun aku sulit apalagi bicara. Pram mudah akrab dengan suamiku. Dan suamiku tanpa ingin tau lebih banyak tak pernah bertanya soal Pram, karena toh teman-temanku yang lain juga menjengukku.

Hari ke sembilan aku melihat semua temanku menjengukku…aku senang sekali. Tetapi kenapa mereka semua menangis? Kenapa tak ada yang menjawab pertanyaanku? Kenapa suamiku mondar-mandir seperti orang panik? Ada apa ini? Pram datang…Pram datang.. pasti hanya dia yang bisa menjawab pertanyaanku. Pram..aku di sini Pram sapaku pada Pram. Rupanya Pram masih marah padaku…bathinku..karena dia tidak mau menolehku, persis seperti sore itu…sekitar sepuluh hari yang lalu…Tapi apa iya dia mendendam? Pram, kenapa sih semua orang menangis? Kenapa suamiku mondar-mandir dan menelpon terus dari tadi, ada apa Pram?. Tanyaku lagi…Pram diam tak menjawab…Aku mulai kesal…aku duduk di tepi tempat tidur, tiba-tiba saja badanku ditutup kain putih dan semakin kencang tangisan teman-temanku…aku masih belum mengerti sepenuhnya. 

Entah kenapa aku sudah berada di kampung halaman suamiku. Tubuhku dibalur es dan rembugan mengenai upacara kematian kudengar dengan jelas…kematian?...kematian siapa?..kematianku?...aku sudah mati?...bagaimana anak-anakku? Bagaimana suamiku? Bagaimana cintaku pada Pram?

Ya upacara memandikan jenasah dan ngaben sudah jelas ditetapkan sesuai hari baik…Aku sudah mati…aku terduduk lemas, lagi-lagi kulihat Pram datang, dia membuka penutup batik yang menutup jasadku. Apa dia masih mengira aku bisa hidup lagi? Meski harapankupun begitu…Kulihat air mata menggenang di kedua matanya. Wajah tampannya terlihat muram. Pram, kamu tak merasakan lagi sentuhanku?" tanyaku. Pram diam…tapi tiba-tiba kudengar Pram berbisik…’Prameswari, andai kamu tahu betapa aku mengharapkan hidupmu untukku…Prameswari..aku tidak jadi menikahi Mita, dia meninggalkanku dia bersama laki-laki lain.’

‘Mungkin ini salahku Pram, karena menyita waktumu dari Mita’ sahutku berbisik juga…

‘Ini salahku Prameswari, kenapa tidak sejak dulu aku memintamu untuk jadi istriku, kenapa dulu aku abaikan cintamu, dan di saat aku benar-benar mencintaimu kamu tinggalkanku Prameswari’…suara Pram lirih…aku tersadar, aku telah mati dan Pram bisa mendengarku? Kenapa dia menyahut bisikanku tadi?

‘ Prameswari, berjanjilah menemaniku saat kita reinkarnasi, aku akan memintamu untuk menikah denganku’

Pramana, aku tidak akan mengira kita tidak akan pernah bertemu lagi, tapi aku berjanji akan datang dalam mimpimu’…

Pram meninggalkanku ketika aku ingin memeluknya untuk yang terakhir kali…

‘Pram..pram..jangan tinggalkan aku..’ Pram tidak menoleh dan meninggalkan air mata di kain batikku…

Aku tak mampu lagi menjamah Pramana, Pramana tak mampu lagi mendekapku, dalam alunan kidung kematian aku terbujur kaku, asap dupa mengiringi tangisan atas kepergianku.

Sumber : http://www.iloveblue.com/

0 comments:

Pasang Iklan Gratis