Selamat Datang Di Kota Batik Pekalongan.Portal Penulis Pekalongan Dan Sekitarnya.Sahabat Media Juga Dapat Mengirimkan Informasi Sekitar Pekalongan Melalui Email : dhimashr@gmail.com Atau Sms Online Di 0815 480 92192***###########***Swanten Qustique Lagi Nyari Singer Cewe Yang Suka Banget Ma Lagu2nya Nicky Astrea. Yang Merasa Punya Hoby Nge Rock Dengan Bit Bit Slow Silahkan Persiapkan Mental Buat Gabung Bareng Kita Yaaak. Wilayah Comal Bojong Sragi Diutamakan Untuk Mempermudah Jarak Tempuh.SMS Dulu Juga Boleh......

Thursday 15 July 2010

Berita Hari Ini » Berita Sekolah_Masihkah Sekolah Menjadi Ajang Pendidikan

Berita Sekolah_Masihkah Sekolah Menjadi Ajang Pendidikan

0 comments
Masihkah Sekolah Menjadi Tempat Pendidikan Yang Baik ?_Agustinus

PromediaNew's_Tulisan ini bukan tulisan ilmiah yang mau menyampaikan data-data akurat tentang kecurangan-kecurangan Ujian Nasional. Tulisan ini hanya mau menyampaikan sebuah bentuk kegelisahan tentang salah satu fungsi sekolah dalam mempersiapkan generasi muda yang baik dan bertanggung jawab. Tulisan ini bebas untuk dikritik dan ditanggapi.

Kegelisahan saya mucul begitu besar dan kuat terhadap pertanyaan ini ketika selama pelaksanaan Ujian Nasional 2006-2007 baik ditingkat SMA/SMK dan SMP/Mts tanggal 17 – 19 April 2007 dan tanggal 24-26 April 2007. Berita-berita di surat kabar local dan nasional menyajikan berbagai bentuk kecurangan mulai dari pencurian soal oleh kepala sekolah, mencontek pekerjaan teman, pembocoran melalui pesan singkat (SMS), pembocoran jawaban ujian oleh oknum staff sekolah, kesepakatan kepala sekolah untuk memperlonggar pengawasan agar siswa leluasa bekerja sama dengan teman lain, pemberhentian seorang guru yang menolak perintah kepala sekolah untuk menjadi tim sukses UN di sekolahnya, pengawas yang membiarkan anak-anak mencontek sesuka hati. Melihat fakta-fakta ini semua, apakah sekolah masih menjadi tempat yang baik untuk mendidik? Sebuah pertanyaan yang layak untuk selalu direnungkan.

Sekolah masih dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat untuk membentuk diri generasi muda – anak-anak. Orang tua mengirim anak-anak ke sekolah yang dipilihnya dengan harapan besar anak-anak dapat berkembang baik segi pengetahuan kognitif dan segi integritas kepribadiannya. Orang tua berharap bahwa anak-anak diajari untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya secara baik bersama-sama dengan rekan-rekan yang lain. Selain itu mereka juga berharap agar anak-anak ini dilatih untuk bekerja keras, menghargai orang lain, bertindak jujur dan bertanggung jawab sehingga mereka akan siap mandiri dan menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab. Demikian besar harapan masyarakat akan peran dan fungsi sekolah sebagai tempat untuk mendidik dan mengembangkan generasi muda tumpuan harapan mereka.

Saya merasa harapan ini begitu berat dan hampir tidak mungkin dilaksanakan oleh sekolah sendiri tanpa kerja sama yang baik dengan masyarakat. Tugas ini semakin berat ketika system yang sedang berlaku dan mempengaruhi kinerja sekolah menghambat terlaksananya peran dan tugas tersebut. Fenomena kecurangan selama Ujian Nasional telah memberikan gambaran bahwa sekolah-sekolah cenderung melegalkan cara-cara yang tidak fair untuk mencapai tujuan. 

Sekolah tidak lagi mengajarkan bagaimana secara sportif mengahadapi tantangan dalam hidup seperti Ujian Nasional. Sekolah menjadikan cara-cara instant untuk mencapai sukses dengan mengabaikan rasa keadilan, kerja keras dari para siswa yang sungguh ingin berkembang menjadi pribadi yang dewasa. Pribadi-pribadi yang mestinya menjadi contoh bagaimana menghadapi persoalan-persoalan hidup ini dengan gagah berani, jujur, kerja keras tidak mampu memberikan contoh yang diharapkan. Sebaliknya dari merekalah muncul suatu cara kerja yang tidak fair dan melegalkan berbagai macam cara demi sebuah kelulusan Ujian Nasional. Lulus Ujian Nasional adalah dambaan setiap siswa dan guru namun demikian kelulusan Ujian Nasional dengan melukai maksud dan tujuan pendidikan dan perkembangan siswa merupakan kebohongan besar. Pada saatnya para siswa ini akan bertindak dengan model dan cara yang sama ketika harus menghadapi persoalan hidupnya di masyarakat. Mereka akan merekam pengalaman ini dan akan menggunakannya ketika harus berperan dalam masyarakat.

Oleh karena itu tidak usah heran kalau kemauan untuk membasmi Korupsi hanya menjadi macan di atas kertas karena kita sudah berhadapan dengan pola dan cara hidup serta budaya yang memang tercipta untuk melanggengkan kebiasaan buruk tersebut.

Tulisan ini bernada pesimistis, namun bukan maksud saya untuk menjadi pesimis. Tetapi saya mengajak pembacara untuk menyadari hal ini dan jika masih mungkin mencari alternatif bagaimana kita sebagai pendidik atau guru dapat menyiapkan anak-anak yang diserahkan kepada kita masing-masing, terlebih anak-anak kita sendiri dalam keluarga.

Sumber : http://bruderfic.or.id/

0 comments:

Pasang Iklan Gratis