Kejutan Yang Indah Oleh Amanina Zahra
PromediaStory's_Perjalanan yg memilukan.
Dan si pengemis kecil berbaju pink berhasil mengiris kalbuku. Di siang yg terik ia berperang dg nyaringnya bus meraung raung. Ia pun harus berperang dg panas, lapar dahaga, dan lebih kejamnya pd cercaan penumpang melecehkan.
Saat ia mulai mengadahkan tangan, seorang Ibu bertanya tentang asal usulnya. Dari yg ku dengar, Ibu dan ayahnya entah kemana. Ia hanya tinggal dg neneknya yg tak bisa ia handalkan tulang punggungnya. ''Kamu kan harusnya bersekolah. Kejar cita2mu.''. Dan tiba2 mata pengemis kecil itu berkaca - kaca. Rupa2nya ia begitu merindukan sekolah yg baginya hanya angan2 semu belaka. Bagai kaktus yg tumbuh di samudra. Untuk makan saja susah.
Yah. Itu salah satu realita pilu yg sudah biasa kita dengar.
Ya Tuhan.. Mulia sekali Engkau......
Aku pun teringat tingkahku di sekolah. Bahkan niat dan keseriusan bersekolahpun tak lebih dari satu sendok teh. Astagfirullah. Dimana wujud rasa syukurku ?.
Selasa , 29 Desember 2009.
Penuh jeritan pengemis, mulai dari yg tua hingga yg muda, mulai dari yg sehat hingga yg sakit, mulai dari yg sopan hingga yg kasar. Berbagai wajah kumuh , suara rendah menghamba,beserta semua strategi agar dikasihani orang. Hari ini Tuhan mempertemukanku dengan mereka. Dan si pengemis kecil berbaju pink berhasil mengiris kalbuku. Di siang yg terik ia berperang dg nyaringnya bus meraung raung. Ia pun harus berperang dg panas, lapar dahaga, dan lebih kejamnya pd cercaan penumpang melecehkan.
Saat ia mulai mengadahkan tangan, seorang Ibu bertanya tentang asal usulnya. Dari yg ku dengar, Ibu dan ayahnya entah kemana. Ia hanya tinggal dg neneknya yg tak bisa ia handalkan tulang punggungnya. ''Kamu kan harusnya bersekolah. Kejar cita2mu.''. Dan tiba2 mata pengemis kecil itu berkaca - kaca. Rupa2nya ia begitu merindukan sekolah yg baginya hanya angan2 semu belaka. Bagai kaktus yg tumbuh di samudra. Untuk makan saja susah.
Yah. Itu salah satu realita pilu yg sudah biasa kita dengar.
Ya Tuhan.. Mulia sekali Engkau......
Aku pun teringat tingkahku di sekolah. Bahkan niat dan keseriusan bersekolahpun tak lebih dari satu sendok teh. Astagfirullah. Dimana wujud rasa syukurku ?.
Kemudian pengemis kecil itu turun, ia acuhkan pipinya yg tlah dibanjiri air mata. Dia tenggelam di antara kerumunan orang dan asap bus. Ia pun menghilang bersamaan dg rasa berdosaku yg semakin menyesakkan rongga dada. Terima kasih Tuhan
Kau beri daku kejutan yg indah hari ini..
0 comments:
Post a Comment