Selamat Datang Di Kota Batik Pekalongan.Portal Penulis Pekalongan Dan Sekitarnya.Sahabat Media Juga Dapat Mengirimkan Informasi Sekitar Pekalongan Melalui Email : dhimashr@gmail.com Atau Sms Online Di 0815 480 92192***###########***Swanten Qustique Lagi Nyari Singer Cewe Yang Suka Banget Ma Lagu2nya Nicky Astrea. Yang Merasa Punya Hoby Nge Rock Dengan Bit Bit Slow Silahkan Persiapkan Mental Buat Gabung Bareng Kita Yaaak. Wilayah Comal Bojong Sragi Diutamakan Untuk Mempermudah Jarak Tempuh.SMS Dulu Juga Boleh......

Friday, 17 December 2010

Berita Hari Ini » Kumpul Penulis_Dunia Anak

Kumpul Penulis_Dunia Anak

0 comments
Anak – Anak & Dunia Yang Hilang
Oleh : Dhimas HR
Sanggar Media Kusuma

PromediaNew’s_Dunia anak sudah seharusnya menjadi dunia yang menyenangkan, gembira, ringan tetapi tetap edukatif. Lalu bagaimana dengan tayangan – tayangan di televisi yang saat ini menurut saya justru menjajah dunia anak. Mari kita bicarakan bersama sama disini agar tercapai suatu pemikiran brilian agar bisa merubah kerangka berfikir teman – teman pengelola televisi di republik ini.

Banyaknya tayangan / acara televisi yang secara langsung mempengaruhi gaya berfikir anak – anak kita memang perlu dicermati secara khusus. Karena akibatnya bukan tidak mungkin anak – anak kita menjadi dewasa sebelum waktunya akibat dari tontonan yang seharusnya bukan menjadi konsumsi dunia anak. Contoh nyata yang tidak bisa terelakan lagi misalnya “Opera Anak”, didalam penyajian ceritanya Opera Anak seringkali memperlakukan anak – anak menjadi tokoh dewasa. Entah itu menjadi Suami – menjadi istri atau menjadi tokoh lain yang notabene dewasa. Sehingga menuntut anak – anak bermain dan berfikir keras layaknya pemain dewasa. Mulai dari gerak gerik diatas panggung sampai tutur bahasa yang diucapkan pun tidak ubahnya seperti orang dewasa. Dan tentu saja secara psikology ini sangat mempengaruhi tabiat asli si anak tersebut.

Anak – anak belajar dari perilaku dan apa saja yang dilihatnya. Jika saja perilakunya di setting sedemikian rupa layaknya orang dewasa maka bukan tidak mungkin kelak juga sifatnya akan terbawa dalam kehidupannya sehari – hari. Iya kalau yang diperolehnya adalah kata – kata yang sopan, namun jika yang diperolehnya kata – kata yang sebenarnya kasar, tidak sopan, maka bukan tidak mungkin juga kelak sang anak akan demikian adanya, walaupun kita semua tahu tidak semestinya mereka berperilaku demikian.

Jangan berdalih bahwa anak – anak tersebut hanya memainkan peran di Opera itu, jangan pula berdalih bahwa semua perilaku dan tindak tanduk tersebut hanya untuk lelucon, dagelan atau kepentingan hiburan semata. Coba Pembaca yang budiman bayangkan, jika saya mengejek anda dengan kalimat – kalimat ejekan yang bernada lucu apa yang anda rasakan tertawa atau malah tersinggung ? saya yakin anda pasti akan tersinggung, kenapa karena kerangka berfikir kita sudah dalam kerangka berfikir orang dewasa. Tetapi jika anak – anak yang melakukan ejekan tersebut apa yang anda rasakan ?tertawa ? tentu tidak bukan ? pasti anda berfikir kok bisa ya anak sekecil itu melakukannya. Belajar dari mana kira – kira ?.

Maka dari itu saya berpendapat bahwa tidak sepantasnya anak kecil melakukan adegan layaknya orang dewasa meski hanya untuk kepentingan hiburan semata atau lawakan semata atau apaun namanya. Kita semua tahu pembuat acara ditelevisi tentunya memiliki seribu satu macam alasan untuk tetap mempertahankan pendapatnya, mulai dari tuntutan peranlah, skenariolah, hanya kepentingan hiburanlah dan banyak kalimat lain. Sah – sah saja menghibur orang tetapi apa harus dengan mentertawakan orang, apa harus dengan mencerca orang lain apalagi anak kecil, apa harus dengan mengajari anak – anak melakukan peran orang dewasa. Wong anak kecil kok diajari mencerca orang lain semakin banyak lontaran cercaan, semakin banyak ledekan kepada lawan mainnya maka semakin banyak pula gelak tawa yang ada, ini khan gila !

Mestinya Opera Anak bisa menjadi wadah kreatifitas anak yang selama ini mati suri di dalam Industri pertelevisian kita. Mestinya mampu menjadi wahana eduksi bagi anak – anak yang dunianya sudah hilang ditelan budaya asing yang semakin kacau balau. Bukan sebatas kaki tangan kapitaslisme yang menjual nama anak – anak. Disini saya tidak akan menilai siapapun entah itu Sule atau siapapun dibalik pementasan acara tersebut. Tetapi lebih kepada keprihatinan atas dunia anak yang ternyata justru menjadi komoditas dan eksploitasi besar – besaran. Jika saja Opera Anak bisa mengangkat cerita – cerita yang edukatif, menginspirasi, dan sesuai dengan dunia anak alangkah bahagianya orang tua di republik ini karena ternyata masih ada yang peduli dengan dunia anak dan pendidikannya tidak sekadar hiburan.

Mari sama – sama kita fikirkan langkah – langkah apa yang seharusnya dilakukan agar dunia anak – anak tidak lagi menjadi jajahan kapitalisme tetapi lebih kepada pendidikan moralitas bagi anak – anak kita semua.
Bersambung...............

0 comments:

Pasang Iklan Gratis