Pencoreng Arang
Aku dilahirkan sebagai anak yang mempunyai segudang prestasi. Aku dilahirkan menjadi seorang anak yang selalu menjadi kebanggaan keluarga. Sebagai lelaki remaja berusia 16 tahun yang juga sekaligus menjadi “pencoreng arang” di muka orang tuaku.
Ya………… pencoreng arang!!
Itu semua bermula ketika Aku dekat dengan beberapa teman yang bisa dikatakan mereka semua tergolong anak yang badung di sekolah. Awal mulanya, Aku selalu diajak untuk merokok oleh mereka. Walaupun pertamanya Aku menolak, tetapi akhirnya Aku merokok juga. Setelah Aku berani merokok, mereka pun mengajakku keperbuatan nakal yang selanjutnya, ya… Aku diajak nonton film porno dan bodohnya Aku, Aku mau saja. “hanya sekali ko!”, itulah pendapat di dalam hatiku.
Namun, Aku telah salah… ternyata Aku ketagihan. Aku terus berulang-ulang nonton film porno itu. Aku pun berbuat kenakalan lainnya – setelah Aku sering nonton film biru itu, Aku berani melakukan hubungan intim dengan pacarku, di rumah pacarku itu. Aku melakukan tidak hanya sekali dua kali – ya… bisa dibilang cukup sering. Namun, anehnya pacarku itu tidak sampai hamil. Entahlah, tidak hanya itu semua Aku pun mulai mencoba obat-obatan terlarang. Ya…. begitu rusaklah diriku ini. Lima bulan telah berlalu dengan kerusakan diriku itu.
Akhirnya, kakak ke duaku mengetahui itu semua – entah dari siapa. Namun, Aku tidak pernah bisa berbohong kepadanya, ya…. dari dua orang kakakku dan satu orang adikku, kakak yang ke dualah yang paling dekat denganku. Semua telah terbongkar. Kakakku menangis. Tanpa disadari Ibu dan Bapakku mendengar itu semua. Begitu pun adikku yang berumur 13 tahun. Lalu, kakakku pun yang pertama, kini sudah menikah dan mempunyai satu orang anak.
Mereka semua kecewa kepadaku, apalagi dua bulan lagi Aku akan dikirim ke Jerman sebagai duta Pelajar Asia di bidang IPA Fisika. Padahal untuk mendapatkan kesempatan cemerlang itu, Aku harus melewati serangkaian test yang sulit. Akhirnya, Aku pun dikeluarkan dari sekolah. Dan oleh kakakku, Aku disimpan di tempat rehabilitasi anak di daerah Bekasi. Aku disimpan di sana tentunya karena kakakku ingin Aku sembuh, bukan hanya dia tapi semua orang yang kenal denganku, begitu pun Aku – sangat ingin sembuh dari kerusakan-kerusakan diriku ini. Aku masih ingat, ketika Aku akan pergi, Aku melihat senyuman Ibu yang disertai dengan tangisannya. Sedangkan Bapak, pada waktu itu sedang sakit keras, hanya terbaring di atas kasur. Ya… ini semua sangat menyakitkan, bagiku dan semua orang yang sayang kepadaku.
Namun, Aku telah salah… ternyata Aku ketagihan. Aku terus berulang-ulang nonton film porno itu. Aku pun berbuat kenakalan lainnya – setelah Aku sering nonton film biru itu, Aku berani melakukan hubungan intim dengan pacarku, di rumah pacarku itu. Aku melakukan tidak hanya sekali dua kali – ya… bisa dibilang cukup sering. Namun, anehnya pacarku itu tidak sampai hamil. Entahlah, tidak hanya itu semua Aku pun mulai mencoba obat-obatan terlarang. Ya…. begitu rusaklah diriku ini. Lima bulan telah berlalu dengan kerusakan diriku itu.
Akhirnya, kakak ke duaku mengetahui itu semua – entah dari siapa. Namun, Aku tidak pernah bisa berbohong kepadanya, ya…. dari dua orang kakakku dan satu orang adikku, kakak yang ke dualah yang paling dekat denganku. Semua telah terbongkar. Kakakku menangis. Tanpa disadari Ibu dan Bapakku mendengar itu semua. Begitu pun adikku yang berumur 13 tahun. Lalu, kakakku pun yang pertama, kini sudah menikah dan mempunyai satu orang anak.
Mereka semua kecewa kepadaku, apalagi dua bulan lagi Aku akan dikirim ke Jerman sebagai duta Pelajar Asia di bidang IPA Fisika. Padahal untuk mendapatkan kesempatan cemerlang itu, Aku harus melewati serangkaian test yang sulit. Akhirnya, Aku pun dikeluarkan dari sekolah. Dan oleh kakakku, Aku disimpan di tempat rehabilitasi anak di daerah Bekasi. Aku disimpan di sana tentunya karena kakakku ingin Aku sembuh, bukan hanya dia tapi semua orang yang kenal denganku, begitu pun Aku – sangat ingin sembuh dari kerusakan-kerusakan diriku ini. Aku masih ingat, ketika Aku akan pergi, Aku melihat senyuman Ibu yang disertai dengan tangisannya. Sedangkan Bapak, pada waktu itu sedang sakit keras, hanya terbaring di atas kasur. Ya… ini semua sangat menyakitkan, bagiku dan semua orang yang sayang kepadaku.
Enam bulan telah berlalu, Aku masih di tempat rehabilitasi. Di sana Aku merasa nyaman, karena para pembimbingku yang selalu memotivasi hidupku dan menyembuhkanku. Aku pun di sana tetap belajar, diberikan keterampilan-keterampilan. Dan memang prestasi tak pernah lepas dariku, di sana Aku pun diikut sertakan dalam perlombaan Menulis se-Nasional.
Ya… Aku menjuarainya, juara umum. Tak tanggung-tanggung Aku pun menjadi juara perlombaan membuat karya ilmiah se- Pulau Jawa. Ya… ku rasa ini semua berkat do’a-do’a tulus dari semua orang yang menyayangiku. Maafkan Aku, Aku telah mengecewakan kalian semua – telah membuat coreng arang di muka kalian – Aku menyesal – Aku berjanji takkan mengulanginya lagi.
Ya… Aku menjuarainya, juara umum. Tak tanggung-tanggung Aku pun menjadi juara perlombaan membuat karya ilmiah se- Pulau Jawa. Ya… ku rasa ini semua berkat do’a-do’a tulus dari semua orang yang menyayangiku. Maafkan Aku, Aku telah mengecewakan kalian semua – telah membuat coreng arang di muka kalian – Aku menyesal – Aku berjanji takkan mengulanginya lagi.
Mungkin semua penyesalanku sudahlah tak berarti lagi, karena pada akhirnya Bapak meninggal dunia – karena sakit kerasnya itu, ya… sakit keras yang datang ketika Bapak mengetahui semua hal-hal bodoh yang telah ku perbuat. Kini, Aku hanya sedang menunggu pembebasan bersyarat dari tempat rehabilitasi ini, ya mungkin sekitar empat bulan lagi, setelah 18 bulan Aku di sini. Aku ingin segera berkumpul dengan keluargaku, yang sekarang sudah tidak lengkap lagi seperti dulu. Aku anak laki-laki – ya… Aku akan menjaga Ibu, kakak, dan adikku.
Maafkan Aku kepada semuanya. Dan terimalah Aku kembali di sisi kalian. Bapak – yang kini sudah tidak bisa lagi kucium tanganmu, Aku meminta keikhlasanmu untuk bisa memaafkan diriku – Aku berjanji akan melindungi Ibu, kakak, dan adik.
Al Husna
0 comments:
Post a Comment