Budaya ? Budaya Apa??
Portalkbr_Pekalongan, Slsa/15/11.Budaya. Banyak
orang berbicara mengenai budaya. Dikoran koran ditelevisi diseminar seminar.
Mereka berbicara Tentang bagaimana sejarah budaya dan bahkan kebangkitan
budaya. Begitu dalam dan fasih sekali pembahasannya dan Menyenangkan bila
mendengar kupasan kupasan tentang pembahasan tentang budaya sehingga membuat
semangat untuk membudayakan budaya kembali tinggi.
Begitu juga dengan budaya di Indonesia. Tentang
bagaimana peradaban budaya tanah jawa yang adiluhung tak pelak menjadi topik
utama dibanyak talkshow dengan menghadirkan tokoh tokoh budayawan yang mumpuni.
Mendengar kupasan tersebut tentunya kita menjadi paham betul betapa tinggi
budaya bangsa negeri ini. Betapa hebatnya negeri ini apalagi diabad abad
kerajaan. Sebuah peradaban yang seharusnya bisa menjadi tolok ukur bagi
kehidupan jaman modern saat ini.
Memang tidak sama. Tentunya tidak bisa kita
paksakan juga peradaban dimasa masa kerajaan dengan kehidupan yang sudah serba
modern ini. Tetapi khasanah
budaya dan muatan muatan etikanya tentu masih sangat relevan hingga saat ini. Tidak seharusnya dijaman modern lantas
sertamerta meninggalkan peradaban yang baik hanya dengan dalih tradisional atau
bahkan terkesan kuno. Tidak semuanya yang kuno merugikan didalam peraturan
peradapan dalam penerapan budaya. Bolehlah kita menyaring mana mana yang tidak
perlu dipertahankan dan mana mana yang masih perlu dipertahankan. Bukan asal
menerapkan budaya asing yang katanya sedang trend atau sedang marak tetapi kita
sendiri tidak paham betul maknanya.
Sebagai bangsa besar yang pernah mengalami
kejayaan dimasa masa kerajaan seharusnya setiap kita mengerti betul bahwa
begitu besar peradaban budaya bangsa Nusantara ini. Betapa hebat khasanah
budaya bangsa ini yang seharusnya bisa kita pertahankan. Bukan sebaliknya.
Dengan dalih apapun, yang namanya budaya tentu saja tidak tergantikan bahkan
dengan modernisasi sekalipun. Ada hal hal yang terkadang memang terlihat sepele
bagi sebagian masyarakat tetapi sebenarnya mengandung budaya yang tinggi.
Jepang saja yang sudah merajai dunia dengan segala
macam kemajuan tehknologinya masih tetap menjadi Jepang yang memegang teguh
budaya negerinya. Masyarakatnya masih sangat sadar betul dan penting untuk
mempertahankan nilai nilai budaya yang masih sangat relevan dijaman yang sudah
sangat modern ini. Budaya harakiri dan samurai mungkin dianggap sudah agak
tidak relevan lagi sehingga nilainya sudah agak berkurang. Tetapi mereka masih
sangat mempertahankan budaya malu. Dan budaya sadar diri. Ini yang sudah hampir
punah di negeri kita ini. Budaya malu dan sadar diri ini sudah semakin hilang
hari demi hari dan hampir diseluruh lini budaya ini sudah hampir jarang kita
temukan. Ironis sekali.
Kita sebagai bangsa besar dengan budaya yang
demikian besar kenapa justru ”Seolah olah” malu mempertahankan khasanah budaya
negeri sendiri. Semuanya disama ratakan dengan dalih modernisasi. Kita malu
menerapkan budaya sendiri karena takut dinilai ”Kampungan” tidak modern. Sehingga
semuanya dipaksakan agar tampak lebih modern mulai dari setiap kata kata yang
diucapkan sampai kepada perilaku sehari hari pun demikian.
Padahal ”Budaya” yang mereka terapkan saat ini
adalah ”Budaya” yang sama sekali tidak mengandung unsur budaya yang hakiki. Itu
hanya sebuah kebiasaan yang dibiasakan dan diwajarkan walau kita semua tahu itu
tidak wajar. Apalagi hanya meniru kebiasaan kebiasaan warga asing yang
diadaptasi dari film film atau sinetron. Mereka bahkan sama sekali tidak
mengerti maknanya. Lalu apanya yang mau dikatakan dengan budaya. Bagian mana
yang kemudian hendak kita sebut dengan budaya. Bukankah budaya terbentuk tanpa
menghilangkan unsur keindahkan, estetika, dan etika. Lalu bagian mana yang bisa
menjelaskan tentang budaya.
Prihatin bila mencermati khususnya remaja remaja
masa kini dengan kekiniannya yang mulai dari segi bahasanya saja sudah awut
awutan. Jangankan baik dan benar. Untuk dikatakan dengan bahasa santun saja
hampir susah. Jangan kemudian bersembunyi dibalik alasan ”itu khan bahasa
gaul”. Bahasa gaul yang bagaimana yang seharusnya menjadi panutan generasi
bangsa ini. Itu justru merusak sendi sendi etika pergaulan bukan untuk bergaul.
Keprihatinan ini juga semakin parah dengan melihat perilaku dan tingkah pola
orang orang yang mengaku seniman tetapi tidak mengerti seni. Dengan bahasa
bahasa mereka yang seolah olah sudah melebihi raja padahal bahasanya semrawut
tidak jelas maknanya. Lalu mau dibawa kemana budaya dinegeri ini.
Ironinya. Pemerintah kita juga ”Seolah olah”
merestui perilaku jaman yang salah kaparah seperti ini. Pernyataan pernyataan tentang budaya yang ada dimana mana
hanyalah sebuah kalimat normatif tanpa solusi. Dimana seharusnya justru peran
pemerintah sangat perlu sekali untuk kembali meluruskan kesalahan kaprah ini.
Mungkin bisa melalui kurikulum pendidikan disekolah sekolah agar setidaknya
generasi mendatang bisa lebih memahami budaya negeri sendiri. Bukan justru melupakan sejarah dengan
mengukir sejarah baru tetapi plugiat dari negeri asing.
Lalu apa makna budaya yang sesungguhnya.( Dhimas
HR)
0 comments:
Post a Comment