Oleh : Dhimas HR
Dengan siapa kiranya kau berikan sepenggal yang telah retak
Hendak kau letakan dimana puing yang ujungnya hampir patah
Dan satu rasa telah menanti diujung jalan yang tajam berbatu
Sampai kau relakan kelana senja pergi meninggalkan batang aru yang telah layu
Sabdanya tak lagi menjadi sesuatu yang lebih berarti dari sekeping pecahan genting
Yang menjadi penghalang air hujan meski di musim kemarau
Malam itu
Engkau sengaja menghadirkan kelana senja dengan kuda beserta keretanya
Untuk merenung bersama bintang dan kunang – kunang yang sinarnya tak begitu terang
Karena sayapnya robek akibat tergores ilalang di padang sebelah
Mencari sesuatu yang mungkin tak akan pernah terpenuhi
Seandainya kau tak menghadirkannya
Mungkin kisahnya menjadi berbeda karena ruang dan waktu
Meninggalkanmu sendiri tanpa sesuatu yang berarti justru menjadikan sesuatu yang berarti
Bagi kunang – kunang
Bagi rembulan yang masih separuh diujung jalan
Bagi ilalang yang ujungnya telah patah
Kemudian tertidur pulas menuju keheningan mencari pengharapan baru
Harapan yang bukan sekedar manusiawi
Harapan yang bukan sekedar doa – doa dipagi hari
Tetapi tentang menjadi seseorang yang lebih menghargai perasaan
0 comments:
Post a Comment