Selamat Datang Di Kota Batik Pekalongan.Portal Penulis Pekalongan Dan Sekitarnya.Sahabat Media Juga Dapat Mengirimkan Informasi Sekitar Pekalongan Melalui Email : dhimashr@gmail.com Atau Sms Online Di 0815 480 92192***###########***Swanten Qustique Lagi Nyari Singer Cewe Yang Suka Banget Ma Lagu2nya Nicky Astrea. Yang Merasa Punya Hoby Nge Rock Dengan Bit Bit Slow Silahkan Persiapkan Mental Buat Gabung Bareng Kita Yaaak. Wilayah Comal Bojong Sragi Diutamakan Untuk Mempermudah Jarak Tempuh.SMS Dulu Juga Boleh......

Wednesday, 14 April 2010

Berita Hari Ini » Kelam Di Pagi Yang Penuh Satir

Kelam Di Pagi Yang Penuh Satir

0 comments

Monolog : Kelam Di Pagi Yang Penuh Satir
Oleh : Dhimas HR
Theme Song :

Pagi ini menjadi awal terbukanya tabir kelam yang selama ini menutup diri dalam pribadinya
Segalanya telah tersingkap beserta seluruh onak – onak yang juga turut serta menusuk
Tajam tanpa ampun tanpa disadari

Kemarin…
Aku hanya sedikit mengerti tentang kepribadian yang katanya perlu tambal sulam
Sebuah kisah yang katanya hampir terperosok dijurang terjal tak berujung
Akupun sudah mendengar hampir dari setengah kisah itu yang katanya sesungguh – sungguhnya
Aku juga sudah menjadi penggali kubur bagi setiap kisahnya yang sudah mati dan sekarat

Hari ini….
Ternyata salah….semuanya abu – abu semuanya kiasan diatas kanvas kebohongan
Bodoh….ini hanya permainan orang – orang yang mungkin sedikit beradab yang diselimuti senyum – senyum manis tetapi penuh bisa…mematikan
Tidak langsung mati seketika ..perlahan – lahan dan menyakitkan

Pagi ini….engkau tersenyum bangga dengan semua bahan tertawaan itu
Beserta semua orang – orang yang disekelilingmupun turut berbangga dengan gelak tawa itu
Kau puas dengan semua cibiran yang kian menghujam semakin mendalam dibenak
Tapi masih saja kau tawarkan agar segera bersua…apa ini ?

Bukankah menghinakan diri jika saja kuturuti perjumpaan dilorong itu
Bukankah justru mendalam kesakitan ini terasa jika demikian itu
Dan mendorongku untuk duduk di kursi pesakitan bertahun – tahun tanpa arah

Sudahlah ...
Kau jangan lagi menebar asa meski sejengkal tanah
Karena sejengkal tanah itu pula yang kelak menjadi saksi segala perbuatan ini
Semua kebusukan – kebusukan yang mungkin tersimpan rapi dijiwa kita – kita
Semua dendam yang kian membara disetiap tikungan hati setiap manusia
Sampai tiba saatnya berhenti dipersimpangan ujung nadi
Dan setiap kita tak lagi bisa berkata – kata kecuali tangan dan kaki ini
Dan tentunya setiap jawaban akan terdengar di atas tanah yang sejengkan itu

Sudahlah jangan lagi kau jual cerita yang tampaknya menyedihkan bagi setiap kita
Jalan cerita yang seolah – olah membiru
Kau merasa dipersimpangan meski sebenarnya kau sendiri yang membelokan arah dan tujuannya
Tak perduli kusir yang disampingmu berkata apa – apa....kau tetap melaju dengan egomu
Karena kau mungkin belum menghitung berapa lagi sisa kekuatanmu untuk tertawa

Maka kau habiskan semua tertawamu bersama semua sajak – sajak satir kehidupan
Menebar kalam....kalakanji yang semakin perih diatas telapak kaki kiri kanan
Kusir yang mengendalikan kudamu saja tak mau kau turuti
Kusir yang menjaga nyawamu dari jurang terjal itu saja masih tak kau hiraukan
Apalagi kisah daun pisang ....kisah nestapa pagi hari

Mestinya kau sadari bahwa suatu hari nanti kau sangat membutuhkan daun pisang mesti hanya selembar
Karena daun pisang itulah yang akan menemanimu sepanjang malam ditanah yang sejengkal
Tanah perjanjian yang di ijab kabulkan bersama pemilik malam
Ini bukan perihal tidak tercapainya keinginan daun pisang membukus Brownies
Ini juga bukan perihal permintaan ijin kepada sang khalik

Tetapi merupakan nurani yang terhimpit ke egoan dua manusia berbeda resah
Perbedaan yang tidak mungkin bisa disatukan oleh apapun kecuali alam bersama sang khalik
Tapi dengarlah kau sang burung pipit diatas dahan
Tentang arti semua gelak tawamu diatas perasaan yang perih ini
Perasaan yang kau permainkan bersama segenap kaum mu yang katanya beradab
Tidak seperti kami yang katamu hanya mencintai adiluhungnya seni
yang seringkali tidak bernurani......... tidak beradab......tidak bermoral_Itu katamu
Yang selalu bernilai kotor bagai najis

Sesungguhnya
Diatas perihnya perilaku ini masih ada sabda yang mungkin kau lewatkan begitu saja
Hingga dirimu sendiri tak mampu mendengar dan mengejawantahkannya dalam diri sendiri
Karena semuanya tetap abu – abu tanpa warna
Ini bukan amarah
Ini juga bukan dendam pribadi atas perilaku langit yang kadang tak bisa ditebak
Ini hanya permohonan doa orang kecil yang diselimuti najis kepada pemilik jalan diujung nadiku
Bukan juga permohonan ingin terkabulnya cita dan harapan
Tetapi sebuah pengembaraan rasa yang telah teriris sebilah pisau kecil yang bahkan tidak tajam
Penuh karat berwarna kecoklatan dan berbau tanah liat

Ini hanya senandung cita kepada pemilik ruang hampa
Yang kisi – kisinya selalu tertutup rapat bagai malam
Ini sebatas pengingat diri tentang riuhnya kaum mu saat itu
Saat suaraku tidak lagi sendiri tetapi menyeruak karena kau buka tirainya
Sehingga semua orang mendengar dan mentertawakan dengan bahunya berguncang keras
Dan semoga ini menjadi peringatan dihari besarku nanti saat akad dan serah terima tanah yang sejengkal itu terjadi.

Sabtu,31 Okt On 10 : 14

0 comments:

Pasang Iklan Gratis