Prahara
Oleh : Dhimas HR
Seperempat waktu telah kuhabiskan bersama kicauan pipit di pinggiran karang itu
Dengan segala keluh yang katanya bukan curahan semata – mata
Dengan semua senyum kecil yang terkadang mengundang tanya
Apakah benar senyum itu pertanda riang atau semua belaka
Hanya relung kecil yang penuh liku menjadi saksi suara – suara kebenaran
Fajar mulai beranjak mengajak bersatu bersama kumandang Ilahi menyeru maha
Kau kesampingkan duka kecil itu sembari kembali menebar senyum semakin ciut
Sementara aku hanya mampu tertegun
Membuang pandanganku pada seekor ikan yang kian gesit melompat – lompat girang
Adakah kegirangan yang akan menyapa sehingga tak lagi kudengar senyap
Yang kian mendesak – desak diseluruh penjuru jiwa dipelosok – pelosok hati
Semuanya segera sirna tertiup angin tertutup kabut malam sepanjang lika – liku
Tiada lagi yang perlu dibicarakan antara kau angin malam dan kita
Buang saja hingga tak pernah terbaca oleh burung – burung jalanan
Jangan sisakan biar hening juga menangis karena kehilangan senyumnya
Yang tertinggal hanya secuil senyum simpul
Yang tersisa hanya rinai tawa yang menurutku bukan tanpa arti
Semuanya hampir menghilang tanpa kata – kata
Semuanya tak pernah sama – sama kita perkirakan seperti hujan yang turun
Prahara datang menerjang seperti tanpa ampun
Selamat jalan keindahan selamat jalan kegelisahan
Sampai jumpa diujung jalan tanpa tepi tanpa rambu hanya lurus
0 comments:
Post a Comment