Menyerah Pada Alam
Oleh : Dhimas HR
Saturday,30 oktober 09 at 03 : 45
Hening pagi ini tak lagi dapat kudengar lembut kalbunya
Hanya senyap dan tak mampu kuterobos jaring – jaring yang menyelimutinya
Hilang
Sirna
Seakan menusuk dan tertusuk tajam
Tapi masih saja kucoba hingga berulang – ulang
Meski akhirnya pasrah…menyerah pada alam dan Tuhan
Dini segera beranjak disambut lafadz keagungan-Mu
Namun masih saja sama seperti yang sebelumnya
Diam dan tanpa kata – kata apalagi arti
Akalku seakan berontak meski tercabik rasa kian mendalam
Entahlah...
Mungkin memang sudah gila
Mungkin memang tidak waras
Dan itulah rasa yang terkadang memang tidak harus sehat
Serta mudah diterima akal sehat manusia
Ketika mencoba kulukis diatas kanvas yang nampaknya putihpun tetap sama
Kanvas itu ternyata bukan putih
Hanya batas akhir pandangan mata kasat manusia biasa seperti aku
Terlebih aku yang hanyalah aku....bukan siapa – siapa kecuali untuk Tuhan
Lalu kemana suara itu menghilang
Mungkin singgah sebentar dipelabuhan yang katanya menjadi tambatan bahteranya
Meski seringkali dipelabuhan itu ianya tersiksa atas perasaanya sendiri
Tercabik berjuta gumpalan – gumpalan kecil menyedihkan yang tak ada ujung akhirnya
Sembari berkelana mencari diri sendiri yang hampir hilang diatas talinya sendiri
Dan hanya menjadi seonggok batu yang diam
Dan hanya menjadi kertas kosong yang menunggu pelukisnya mendapat ilham hebat
Sungguh hebat karang diseberang sana yang masih tetap ditakuti awak nelayan
Karena terjal.....keras......membatu dan diapun diam
Tapi sekali menghantam ribuan buih sesal terpecah diatas geladak kecil kapal milik nelayan itu
Dan semua tumpah ruah menjadi sesuatu yang tidak di inginkan bagi siapapun
Bahkan mungkin didunia ini
Sungguhpun engkau tak lagi bersuara
Tetap saja masih terdengar dari atas bukit – bukit jiwa yang menjadi saksi
Meski terkadang engkau juga membuat bingung penghuni pojok – pojok kerelaan
Yang justru setia mendengar hampir seluruh jerit sesak ketika itu
Dan akan tetap demikian adanya sampai kisah ini menjadi cerita rakyat bagi negeri jiwa
Yang disetiap pelosoknya akan selalu menanti kehadiranmu dengan segala hormat
Bukan dengan segala keangkuhan maupun rampasan semata
Karena jiwamu tidak untuk dirampas .....oleh siapapun
Karena jiwaku bukan perampas seperti yang dipikirkan banyak orang......termasuk engakau
Karena aku dan waktu selalu menyatu merencanakan segala sesuatunya sebaik mungkin
Meski tak sebaik rencana Tuhan.......penguasa semesta alam
Menyerah pada alam adalah hal terhebat yang sanggup dilakukan orang sekecil ini
0 comments:
Post a Comment