Selamat Datang Di Kota Batik Pekalongan.Portal Penulis Pekalongan Dan Sekitarnya.Sahabat Media Juga Dapat Mengirimkan Informasi Sekitar Pekalongan Melalui Email : dhimashr@gmail.com Atau Sms Online Di 0815 480 92192***###########***Swanten Qustique Lagi Nyari Singer Cewe Yang Suka Banget Ma Lagu2nya Nicky Astrea. Yang Merasa Punya Hoby Nge Rock Dengan Bit Bit Slow Silahkan Persiapkan Mental Buat Gabung Bareng Kita Yaaak. Wilayah Comal Bojong Sragi Diutamakan Untuk Mempermudah Jarak Tempuh.SMS Dulu Juga Boleh......

Wednesday, 14 April 2010

Prosa - Tentang Yang Terluka

0 comments

Tentang Yang Terluka
Oleh : Dhimas HR

Awalnya
Aku hanya sedikit mengerti tentang dirinya melalui sebuah pertemuan yang kami lakukan bersama beberapa kawan dirumah teman. Saat itu, tidak banyak yang muncul dari rongga mulut manisnya hanya sedikit tetapi beribu kesan memang dan tak pernah terjadi apa – apa diantara kami.

Wanita memang penuh mistery sekaligus pesona tersembunyi, dengan segala gaya bertutur yang disampaikannya kami semakin menjadi dekat hampir tak ada sekat diantaranya namun masih tetap dalam lingkaran pertemanan dan itu wajar adanya. Dirinya semakin masuk kedalam relung – relung jiwaku dan semakin menelusup kedalam lalu diumbarnya tentang perasaannya, tentang apa yang telah terjadi diantaranya diantara dirinya dengan yang katanya menjadi kawan seperjuangan hidupnya. Perlahan namun pasti ia menjelaskan yang telah terjadi dengan segala kemungkinan yang belum terjadi tetapi pasti akan segera terjadi.


Mistery dalam kehidupannya hampir semuanya aku ketahui melalui bibirnya yang manis mungil tetapi hampir – hampir tak bisa diam ketika berkisah. Kisah tentang segala keperihan maupun keceriaan yang menurutku justru semakin semu, abu – abu tanpa warna yang jelas. Semakin temaram semakin kabur samar – samar tanpa makna.
Aku sendiri tak bisa memahami tentang apa yang diharapkannya tentang apa yang di inginkanya karena semua yang di katakannya seolah hanya buah bibir belaka hampir tak memiliki makna yang sungguh berarti. Betapa tidak semenit lalu ia cerita tentang betapa susahnya menundukan teman seperjuangan hidupnya yang susah penuh liku penuh mistery meski sebetulnya ia pun sama, sama – sama penuh misterynya tentang betapa susahnya menyatukan temannya itu dengan tambatan pokok yang ada didalam persembunyiannya tetapi semenit kemudian ia berkisah tentang betapa kuatnya keinginan untuk kembali pulang kesarang yang katanya sudah dibangun oleh teman seperjuangannya itu.

Kicaunya bagai kenari
Hampir saja aku muntah mendengar lagi keluhnya ketika malam hampir habis ditelan fajar tentang betapa angkuhnya teman seperjuangan yang kini ada disampingnya. Betapa sulit meruntuhkan tembok – tembok kesombongan melawan dusta dan kejujuran. Tentang bagaimana sebuah kejujuran itu dinantikan oleh setiap kita begitu juga dengan dirinya ketika itu. Tentang betapa kuat keinginan kedua pusara yang ada di persembunyiannya memutus tali diantaranya karena memang sudah tak ada lagi kesepahaman, lalu bagaimana mungkin semuanya mampu dipertahankan jika keadaannya sudah demikian rupa.

Dan aku tak mampu berbuat apa – apa. Hanya bisa menjadi seekor kerbau dungu yang selalu menuruti perintah penunggangnya kemana mesti berjalan. Kedua rongga telinga ini hanya bisa menjadi pembuangan akhir yang tak pernah layak dihiraukan. Sedikit pepatah tak akan mampu merubah setiap lipatan yang sudah terlanjur membeku diantaranya sehingga siapapun tak akan bisa merubahnya biarkan saja seperti itu sampai ajal menunggu di ujung nadi.

Hari ini
Engkau kembali berkisah tentang bagaimana perasaan mu ketika sang kesucian tak mampu membuktikan kedewasaan dan harus terjatuh ketika belum sampai diujung waktu. Ketika benih – benih kesucian tak lagi sesuatu yang diagungkan tak lagi dapat dibanggakan kepada teman seperjuanganmu itu, kau menangis temanmu pun turut menangis dan itu kewajaran insani yang tak membuat segala sesuatunya berubah.

Yang berubah katamu justru temanmu yang semakin keras membeku apalagi menebar senyum kepelosok – pelosok jiwa. Semakin angkuh pada alam hanya akrab dengan kesendirian dan kekonyolan – kekonyolan semu. Perubahan itu membuatmu semakin tertekan kedalam Lumpur – Lumpur kebingungan dan mungkin semakin dalam kedasar tanah.

Engkau tak bisa menghadirkan sesuatu yang agung didalam hatimu yang sampai hari ini mungkin kaku beku karena tak tersentuh kehangatan mentari jikapun engkau melebur menjadi satu dalam aroma keheningan bersama temanmu itu tak lebih dari sekedar kebutuhan wajib dan wajar saja bukan atas nama keagungan Tuhan dan alam raya. Bagi temanmu itu, semua dapat dilakukan meski tanpa dasar keagungan alih – alih tak perlu banyak pusing mencari putik ditengah malam karena masih punya engkau yang bisa dihinggapi kapan saja karena engkaupun masih demikian.

Mestinya engkau lebih memiliki prinsip tentang kehidupan ini bahwasanya kehidupan bukan semata – mata permainan yang kapan saja bisa dihentikan tanpa kompromi kapan saja bisa berpaling tanpa musabab yang kuat mendasari keberpalinganmu ke puncak – puncak dunia yang kemilaunya membutakan mata setiap kita.

Mestinya engkau lebih bersahaja menerima segala kemungkinan – kemungkina yang sudah terjadi atau bahkan baru akan terjadi karena semuanya bisa dijelaskan dengan semua kenyataan yang menjadi saksi atas perilaku setiap kita. Bukan karena kulit yang membungkus isi kacang semata. Engkau boleh saja bersinar seperti matahari engkaupun bisa saja secantik rembulan tetapi jika hujan sudah turun maka kemanakah engkau bersembunyi ?

Menjadi diri sendiri jauh lebih layak daripada bersembunyi dibalik kedustaan yang poada akhirnya nanti membuat keterpurukan teramat dalam dan susah berjalan kembali. Tak sepatutnya engkau berkata demikian tak selayaknya engkau mentertawai setiap jejak langkah gontai orang – orang yang tak punya kaki, tak seharusnya engkau mencibir hanya karena orang berbibir sumbing tak seindah bibir mungilmu itu. Lalu dengan sadarnya engkau menghinakan orang – orang yang pakaiannya rombeng pantaskan engkau melakukan itu sementara mulut mungilmu seringkali bersabda di depan altar ?

Cobalah untuk setia
Setia kepada alam yang telah memberimu banyak inspirasi
Setia kepada jalanan yang telah menuntunmu menuju pusara kehidupan
Setia pada pagi yang selalu memberimu kehangatan sinarnya
Setia pada malam yang telah memberimu keheningan dengan segala keindahan bintang
Dan setialah pada setiap perkataan yang keluar dari bibir mungilmu itu
Karena kesetiaan pasti menuntunmu menuju lembah keabadian yang kekal penuh warna

Pagi ini
Setelah mendengar semua sumpah serapahmu ketika berujar tentang kalimat
Aku berfikir tentang bagaimana sisi kehidupan lain yang menunggu ku
Tentang betapa hebatnya sisi kehidupan lain itu
Tentang bagaimana setianya sisi kehidupanku yang lain itu
Lalu aku mencoba untuk selalu memintakan maaf atas perasaanku terhadap langit
Mega mendung yang tebal kemudian beranjak pergi karena permohonanku mungkin saja terkabul
Dan malam yang hening itu melempar senyumnya kepadaku sampai tertidur

Dalam mimpiku
Jelas kuingat betapa bahagianya ketika dirinya tertawa sampai bahunya terguncang
Disertai tawa – tawa lain yang tampaknya turut berbahagia
Semuanya lepas semuanya bebas dengan senyum dan tawanya diatas meja itu

Di sisi lain
Hatinya menjadi perih tergores sebilah tawa yang kecut menghinakan jiwa
Perasaannya terkubur bebatuan dengan tiba- tiba
Mata air dari pelupuk kanannya segera jatuh mengalir perlahan
Dan mereka semakin keras dengan tawanya.....

Semoga itu bukan menjadi tawa yang terakhir bagi mereka
Demikian pinta seekor lebah yang mencari sarang malam itu doa tulus mahluk Tuhan

Sekarang
Puing – puing kerajaan angkuh masih sedikit berdiri dan miring ke kanan
Hanya bertumpu pada sekeping batuan kecil yang setia menyangga agar tidak terjatuh
Retakan – retakan itu menyisakan pilu dan goresan yang masih perih diantara ulu hati

Dan semua cerita tentang teman seperjuangan itu hampir hilang
Tinggal menunggu waktu yang tepat kapan harus segera digantikan rembulan malam
Beserta bintang dan kunang – kunang yang bersinar terang terbang dan menari
Kupanjatkan doa kepada sang Khalik tentang perasaan itu

Tentang segalanya karena dialah pemilik segala
Tentang kuasanya karena dialah pemilik segala kuasa
Tentang ketiga luka yang sudah menggores di sisi bathin ini
Semoga Tuhan selalu menjadi saksi diantara setiap kita yang terluka

Sahabat

0 comments

 "Tentang Sahabat"

Sahabat adalah keperluan jiwa yg harus dipenuhi.

Sahabat ladang hati yang ditaburi dengan kasih dn subur dengan pupuk kepercayaan.
Sahabat slu ada, menghampiri saat hati lupa dn mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian.

Terima kasih sahabat-sahabatku yang selalu ada untukku.......

By.Nia

B Three In Action

0 comments
Titip edar saja di Promedia Group untuk diedisi khusus bin special kali ini. Kali kali aja ada yang berminat atau berkepentingan dengan yang bersangkutan untuk segera diajak bekerjasama di bidang entertainment maka diharap segera menghubungi pihak Promedia Group untuk ditindaklanjuti dan untuk informasi lebih lengkap serta jitu Log In aja di FB mereka mereka ini hehehe. Ni cuman buat gaye gayean doank sich...tapi kayaknya sich dah siap juga kalo ada tawaran buat jadi model (Bukan Majalah Sobek Lho) Bagi kawan - kawan agency jika berminat juga boleh undang Beliau Beliau ini buat bawain acara di Catwalk tapi mesti dilatih dulu dunk, harus BBS atawa Benar Benar Sabar hehehe (namanya juga baru belajar) tapi ngomong ngomong Mantaaab Khan???

Semoga ini bisa menjadi langkah awal dunia baru bagi B Three yang ga mau kalah dengan B three yang aslinya yang sekarang ada di Jakarta Ya. Oya posse ini di Shoot pas sehabis take rekaman Lho...makanya jangan salah B Three ini juga Gila Abis untuk masalah rekaman mah kayak Ncus tuch yang Vokalnya Ruarrrrr Biasa & Sakpoooree... simak saja disingle terbarunya yang berjudul "Satu - Satu...." wah pokoknya ngocol abis...Maantaabb. Pengin dengerin hasil mereka rekaman ? hubungi Promedia Group aja nanti kita kirim ke alamat anda.

Salam Media Group

Tentang Seseorang

0 comments
Tentang Seseorang
Oleh : Dhimas HR

Menanti tirai keikhlasan ketika harus berbagi
Dengan siapa kiranya kau berikan sepenggal yang telah retak
Hendak kau letakan dimana puing yang ujungnya hampir patah
Dan satu rasa telah menanti diujung jalan yang tajam berbatu
Sampai kau relakan kelana senja pergi meninggalkan batang aru yang telah layu

Sabdanya tak lagi menjadi sesuatu yang lebih berarti dari sekeping pecahan genting
Yang menjadi penghalang air hujan meski di musim kemarau

Malam itu
Engkau sengaja menghadirkan kelana senja dengan kuda beserta keretanya
Untuk merenung bersama bintang dan kunang – kunang yang sinarnya tak begitu terang
Karena sayapnya robek akibat tergores ilalang di padang sebelah
Mencari sesuatu yang mungkin tak akan pernah terpenuhi

Seandainya kau tak menghadirkannya
Mungkin kisahnya menjadi berbeda karena ruang dan waktu
Meninggalkanmu sendiri tanpa sesuatu yang berarti justru menjadikan sesuatu yang berarti
Bagi kunang – kunang
Bagi rembulan yang masih separuh diujung jalan
Bagi ilalang yang ujungnya telah patah

Kemudian tertidur pulas menuju keheningan mencari pengharapan baru
Harapan yang bukan sekedar manusiawi
Harapan yang bukan sekedar doa – doa dipagi hari
Tetapi tentang menjadi seseorang yang lebih menghargai perasaan

Tak Sepedih Kehilanganmu

0 comments

Tak Sepedih Kehilanganmu
Oleh : Dhimas HR
Rasanya tak sepedih saat kehilanganmu
Ketika kisah diantara kita terpisah karena ruang dan waktu
Ketika semuanya musnah dan tak pernah kembali lagi
Entah itu tawa maupun sedih yang dulu pernah tumbuh diantara ilalang
Lebam ini bukan karena menangis seperti saat terakhir kau ada dihadapan ku
Gundah ini bukan karena tak ada lagi kalimat – kalimat indah terlantun di ujung bibirmu

Tetapi karena pucuk – pucuk keindahan yang telah layu hanya karena matahari
Kumerasa kehilangan sesuatu yang tak pernah aku tahu dan kaupun tidak
Semuanya terbalut tabir kesunyian yang tak pernah terang
Seandainya kupaksakan melangkah dan terus melangkah
Sudah pasti jurang itu akan semakin dalam dan menggores dijiwa
Yang mungkin sampai matipun tak akan pernah sembuh
Tertutupi oleh kabut tebal akibat dari terbakarnya sisi jiwa dan asap kekecewaan

Ketika senyum itu kembali merekah semakin menambah kepiluan dalam jiwa
Maka yakinkanlah dirimu untuk selalu tersenyum dari balik tirai itu
Dan jangan pernah kembali sebelum senja datang dan kemilaunya hilang

Sudah Tiba Waktunya

0 comments

Sudah Tiba Waktunya
Oleh : Dhimas HR

Waktunya engkau berbenah diri sembari menerawang kearah depan
Bahwasanya semua telah berubah dan akan selalu berubah
Setiap tikungan yang telah engkau lewati akan selalu berubah
Setiap jejak langkah yang kau ikuti tidak selalu sama seperti hari – hari kemarin
Karena engkau tidak lagi seorangan tetapi ada bayangan yang selalu hadir setiap saat
Sehingga tak mudah bagi siapapun berdampingan denganmu
Tidak juga aku

Sebatas pandangan jiwa tentang apa yang seharusnya terjadi maka itulah saat ini
Semuanya terkendali oleh alam dan sekitar
Tak satupun dapat menjabarkan tentang semua peristiwa alam yang layak terjadi
Engkau pun tak mampu menjelaskan tentang ini_Apalagi dirinya
Bukan juga senja hari tetapi memang wajar dan demikian adanya

Sudah saatnya engkau mengerti tentang kegelapan malam tanpa bintang kejora
Sudah tiba waktunya engkau memahami tentang makna hakikat sebuah jembatan

Jalan lurus menuju puncak rasa yang kelak harus kita sudahi dengan senyum
Bukan dengan dendam membara pada setiap liku – liku yang terkadang terjal_Tajam
Mestinya restu malam itu menjadi milikmu sepenuhnya agar jalinan nya utuh
Mungkin tak berbekas sepanjang usia yang menentukan setiap kita
Dan harapanku hanya bersandar pada keajaiban malam

Semudah melangkahkan kaki diatas teraju menelisik kepedihan
Mungkin seharusnya memang demikian karena aku sudah lebih dulu menghilang
Bersama sejuta langkah – langkah yang lainnya demi sepotong harapan
Semoga dunia ini masih senantiasa menjadi yang terindah dengan lukisan alamnya
Menjadi sesuatu yang mampu terbaca oleh pikiran setiap kita meski sejenak

Prahara

0 comments

Prahara
Oleh : Dhimas HR

Seperempat waktu telah kuhabiskan bersama kicauan pipit di pinggiran karang itu
Dengan segala keluh yang katanya bukan curahan semata – mata
Dengan semua senyum kecil yang terkadang mengundang tanya

Apakah benar senyum itu pertanda riang atau semua belaka
Hanya relung kecil yang penuh liku menjadi saksi suara – suara kebenaran
Fajar mulai beranjak mengajak bersatu bersama kumandang Ilahi menyeru maha
Kau kesampingkan duka kecil itu sembari kembali menebar senyum semakin ciut
Sementara aku hanya mampu tertegun
Membuang pandanganku pada seekor ikan yang kian gesit melompat – lompat girang

Adakah kegirangan yang akan menyapa sehingga tak lagi kudengar senyap
Yang kian mendesak – desak diseluruh penjuru jiwa dipelosok – pelosok hati
Semuanya segera sirna tertiup angin tertutup kabut malam sepanjang lika – liku
Tiada lagi yang perlu dibicarakan antara kau angin malam dan kita
Buang saja hingga tak pernah terbaca oleh burung – burung jalanan

Jangan sisakan biar hening juga menangis karena kehilangan senyumnya
Yang tertinggal hanya secuil senyum simpul
Yang tersisa hanya rinai tawa yang menurutku bukan tanpa arti
Semuanya hampir menghilang tanpa kata – kata
Semuanya tak pernah sama – sama kita perkirakan seperti hujan yang turun

Prahara datang menerjang seperti tanpa ampun
Selamat jalan keindahan selamat jalan kegelisahan
Sampai jumpa diujung jalan tanpa tepi tanpa rambu hanya lurus

Menyerah Pada Alam

0 comments

Menyerah Pada Alam
Oleh : Dhimas HR
Saturday,30 oktober 09 at 03 : 45

Hening pagi ini tak lagi dapat kudengar lembut kalbunya
Hanya senyap dan tak mampu kuterobos jaring – jaring yang menyelimutinya
Hilang
Sirna

Seakan menusuk dan tertusuk tajam
Tapi masih saja kucoba hingga berulang – ulang
Meski akhirnya pasrah…menyerah pada alam dan Tuhan
Dini segera beranjak disambut lafadz keagungan-Mu

Namun masih saja sama seperti yang sebelumnya
Diam dan tanpa kata – kata apalagi arti
Akalku seakan berontak meski tercabik rasa kian mendalam

Entahlah...
Mungkin memang sudah gila
Mungkin memang tidak waras
Dan itulah rasa yang terkadang memang tidak harus sehat
Serta mudah diterima akal sehat manusia

Ketika mencoba kulukis diatas kanvas yang nampaknya putihpun tetap sama
Kanvas itu ternyata bukan putih
Hanya batas akhir pandangan mata kasat manusia biasa seperti aku
Terlebih aku yang hanyalah aku....bukan siapa – siapa kecuali untuk Tuhan
Lalu kemana suara itu menghilang

Mungkin singgah sebentar dipelabuhan yang katanya menjadi tambatan bahteranya
Meski seringkali dipelabuhan itu ianya tersiksa atas perasaanya sendiri
Tercabik berjuta gumpalan – gumpalan kecil menyedihkan yang tak ada ujung akhirnya
Sembari berkelana mencari diri sendiri yang hampir hilang diatas talinya sendiri
Dan hanya menjadi seonggok batu yang diam
Dan hanya menjadi kertas kosong yang menunggu pelukisnya mendapat ilham hebat

Menjadi pejuang yang berlaga dimedan perang tanpa tahu siapa lawannya
Sungguh hebat karang diseberang sana yang masih tetap ditakuti awak nelayan
Karena terjal.....keras......membatu dan diapun diam
Tapi sekali menghantam ribuan buih sesal terpecah diatas geladak kecil kapal milik nelayan itu
Dan semua tumpah ruah menjadi sesuatu yang tidak di inginkan bagi siapapun
Bahkan mungkin didunia ini

Sungguhpun engkau tak lagi bersuara
Tetap saja masih terdengar dari atas bukit – bukit jiwa yang menjadi saksi
Meski terkadang engkau juga membuat bingung penghuni pojok – pojok kerelaan
Yang justru setia mendengar hampir seluruh jerit sesak ketika itu
Dan akan tetap demikian adanya sampai kisah ini menjadi cerita rakyat bagi negeri jiwa
Yang disetiap pelosoknya akan selalu menanti kehadiranmu dengan segala hormat

Bukan dengan segala keangkuhan maupun rampasan semata
Karena jiwamu tidak untuk dirampas .....oleh siapapun
Karena jiwaku bukan perampas seperti yang dipikirkan banyak orang......termasuk engakau
Karena aku dan waktu selalu menyatu merencanakan segala sesuatunya sebaik mungkin
Meski tak sebaik rencana Tuhan.......penguasa semesta alam
Menyerah pada alam adalah hal terhebat yang sanggup dilakukan orang sekecil ini

Menuju Sisi Kehidupan

0 comments

Menuju Sisi Kehidupan
Oleh : Dhimas HR
Seandainya saja mampu ketembus cahaya malam itu
Menerawang ke awang – awang tanpa batas menuju puncak tertinggi
Singgah sebentar dialun – alun jiwa yang penuh warna – warni tertegun
Silangkan kaki sebentar menunggu angin kecil menelisik di rongga – rongga hati
Maka segeralah bangun melangkah kembali menuju pusara tak bertuan itu

Seandainya saja engkau tak ingin lagi bersembunyi dari rasa ini
Segeralah beranjak menuju suatu lorong gelap penuh liku
Dan nikmatilah setiap jengkal dalam keperihan yang berujung damai
Karena tidak semua insan dapat melakukan semua itu_mungkin hanya engkau
Maka segeralah kemasi diri melangkah menuju sisi kehidupan mencari makna diri

Jangan pernah menoleh ke sisi belakang walau hanya sedetik
Karena langkahmu bisa saja terhenti karena jejak yang ragu
Setiap jejak langkah yang telah terlewati menjadi suatu sejarah
Yang akan selalu dikenang sepanjang waktu meski kadang sejenak terlupakan

Tapi yakinkan dirimu bahwasanya hidup adalah sesuatu yang tak perlu disesali
Maka bersahajalah melawan segala kemungkinan yang selalu singgah di sisi benak itu
Maka menjadilah diri seorang umat yang menghamba pada sang maha segala kuasa

Mata Air Dan Air Mata

0 comments

Mata Air Dan Air Mata

Oleh : Dhimas HR


Mata air selalu mengalir memenuhi sendhang – sendhang keabadian

Bening ......membuat semua menjadi hidup karenanya

Mata air menjadi sumber kehidupan banyak umat dan ianya tak pernah sedih

Air mata selalu menetes ketika pada saatnya datang iba maupun suka


Jika iba...air mata itu menjadi kusam sekusut jiwanya

Jika suka...air mata itu menjadi bening ...sebening mata air


Dan air mata pun tak perlu menunggu cerita sedih

Agar mata airnya selalu bening dan menjadi sumber kehidupan ianya

Begitupun yang mestinya ia rasakan

Bening sebening mata air yang memberi harapan pada alam

Tenang setenang sendhang – sendhang yang dialiri mata air kesucian

Lambat perlahan namun pasti dan tak pernah mengering meski kemarau mengancam diujung sana


Saat kudengar orang – orang mengatakan tentang air mata

Kulihat binar – binar di sisi sorot mata tajammu

Entah apa yang dipermainkan di alam fikirnya

Apakah masih sama seperti yang kemarin atau justru permainan lain

Yang jelas masih mampu kuingat hampir semua permainannya


Begitu juga ketika buih – buih lembut dipasir pantai menjadi saksi senyum simpulnya saat itu

Angin laut yang juga menjadi saksi tentang keluhnya pada sang rajawali

Engkau masih setegar yang dulu mungkin saat mempertahankan semua pendirianmu

Tentang rajawali dan penolakan halus terhadap pemilik diri di alam ini

Betapa kukuh dan kuatnya meski terkadang juga berubah – ubah secepat kilat

Dan itulah yang juga membuat jiwa ini kembali berfikir tentang semuanya


Jauh dari lubuk hatiku

Jiwaku resah mencari sesuatu yang mungkin tak akan pernah kudapatkan

Hanya airmata sedalam mata air yang menjadi kawan sejati dipersimpangan ini

Kelam Di Pagi Yang Penuh Satir

0 comments

Monolog : Kelam Di Pagi Yang Penuh Satir
Oleh : Dhimas HR
Theme Song :

Pagi ini menjadi awal terbukanya tabir kelam yang selama ini menutup diri dalam pribadinya
Segalanya telah tersingkap beserta seluruh onak – onak yang juga turut serta menusuk
Tajam tanpa ampun tanpa disadari

Kemarin…
Aku hanya sedikit mengerti tentang kepribadian yang katanya perlu tambal sulam
Sebuah kisah yang katanya hampir terperosok dijurang terjal tak berujung
Akupun sudah mendengar hampir dari setengah kisah itu yang katanya sesungguh – sungguhnya
Aku juga sudah menjadi penggali kubur bagi setiap kisahnya yang sudah mati dan sekarat

Hari ini….
Ternyata salah….semuanya abu – abu semuanya kiasan diatas kanvas kebohongan
Bodoh….ini hanya permainan orang – orang yang mungkin sedikit beradab yang diselimuti senyum – senyum manis tetapi penuh bisa…mematikan
Tidak langsung mati seketika ..perlahan – lahan dan menyakitkan

Pagi ini….engkau tersenyum bangga dengan semua bahan tertawaan itu
Beserta semua orang – orang yang disekelilingmupun turut berbangga dengan gelak tawa itu
Kau puas dengan semua cibiran yang kian menghujam semakin mendalam dibenak
Tapi masih saja kau tawarkan agar segera bersua…apa ini ?

Bukankah menghinakan diri jika saja kuturuti perjumpaan dilorong itu
Bukankah justru mendalam kesakitan ini terasa jika demikian itu
Dan mendorongku untuk duduk di kursi pesakitan bertahun – tahun tanpa arah

Sudahlah ...
Kau jangan lagi menebar asa meski sejengkal tanah
Karena sejengkal tanah itu pula yang kelak menjadi saksi segala perbuatan ini
Semua kebusukan – kebusukan yang mungkin tersimpan rapi dijiwa kita – kita
Semua dendam yang kian membara disetiap tikungan hati setiap manusia
Sampai tiba saatnya berhenti dipersimpangan ujung nadi
Dan setiap kita tak lagi bisa berkata – kata kecuali tangan dan kaki ini
Dan tentunya setiap jawaban akan terdengar di atas tanah yang sejengkan itu

Sudahlah jangan lagi kau jual cerita yang tampaknya menyedihkan bagi setiap kita
Jalan cerita yang seolah – olah membiru
Kau merasa dipersimpangan meski sebenarnya kau sendiri yang membelokan arah dan tujuannya
Tak perduli kusir yang disampingmu berkata apa – apa....kau tetap melaju dengan egomu
Karena kau mungkin belum menghitung berapa lagi sisa kekuatanmu untuk tertawa

Maka kau habiskan semua tertawamu bersama semua sajak – sajak satir kehidupan
Menebar kalam....kalakanji yang semakin perih diatas telapak kaki kiri kanan
Kusir yang mengendalikan kudamu saja tak mau kau turuti
Kusir yang menjaga nyawamu dari jurang terjal itu saja masih tak kau hiraukan
Apalagi kisah daun pisang ....kisah nestapa pagi hari

Mestinya kau sadari bahwa suatu hari nanti kau sangat membutuhkan daun pisang mesti hanya selembar
Karena daun pisang itulah yang akan menemanimu sepanjang malam ditanah yang sejengkal
Tanah perjanjian yang di ijab kabulkan bersama pemilik malam
Ini bukan perihal tidak tercapainya keinginan daun pisang membukus Brownies
Ini juga bukan perihal permintaan ijin kepada sang khalik

Tetapi merupakan nurani yang terhimpit ke egoan dua manusia berbeda resah
Perbedaan yang tidak mungkin bisa disatukan oleh apapun kecuali alam bersama sang khalik
Tapi dengarlah kau sang burung pipit diatas dahan
Tentang arti semua gelak tawamu diatas perasaan yang perih ini
Perasaan yang kau permainkan bersama segenap kaum mu yang katanya beradab
Tidak seperti kami yang katamu hanya mencintai adiluhungnya seni
yang seringkali tidak bernurani......... tidak beradab......tidak bermoral_Itu katamu
Yang selalu bernilai kotor bagai najis

Sesungguhnya
Diatas perihnya perilaku ini masih ada sabda yang mungkin kau lewatkan begitu saja
Hingga dirimu sendiri tak mampu mendengar dan mengejawantahkannya dalam diri sendiri
Karena semuanya tetap abu – abu tanpa warna
Ini bukan amarah
Ini juga bukan dendam pribadi atas perilaku langit yang kadang tak bisa ditebak
Ini hanya permohonan doa orang kecil yang diselimuti najis kepada pemilik jalan diujung nadiku
Bukan juga permohonan ingin terkabulnya cita dan harapan
Tetapi sebuah pengembaraan rasa yang telah teriris sebilah pisau kecil yang bahkan tidak tajam
Penuh karat berwarna kecoklatan dan berbau tanah liat

Ini hanya senandung cita kepada pemilik ruang hampa
Yang kisi – kisinya selalu tertutup rapat bagai malam
Ini sebatas pengingat diri tentang riuhnya kaum mu saat itu
Saat suaraku tidak lagi sendiri tetapi menyeruak karena kau buka tirainya
Sehingga semua orang mendengar dan mentertawakan dengan bahunya berguncang keras
Dan semoga ini menjadi peringatan dihari besarku nanti saat akad dan serah terima tanah yang sejengkal itu terjadi.

Sabtu,31 Okt On 10 : 14

Jika Engkau

0 comments

Jika Engkau
Oleh : Dhimas HR

Jika engkau merasa lemah
Jika engkau merasa sendiri
Jika engkau merasa tak berarti
Jika engkau merasa bukan bagian dari senja
Ketuklah pintu malam dan lihatlah sang kunang dengan sinarnya

Berjalanlah dengan tegap menuju keheningan
Bukan saatnya engkau menyerah atas keheningan senja
Karena malam akan menjadi sahabat menuntunmu menuju keabadian sejati

Rabalah jiwamu dengan sentuhan lembut
Bukan saatnya engkau kehilangan atas hatimu
Karena kita tak akan bisa melewati takdir malam ini
Dan setiap kita masih berada dalam situasi yang selalu begini

Bahwasanya semua anugerah yang kita rasakan sama seperti hidup ini
Semua yang sudah terjadi bukanlah suatu kekalahan melawan semua kesedihan ini
Sambutlah pagi ini dengan ketetapan hati dan langkah – langkah pasti
Menyusur matahari dibawah garis – garis yang kian menebal setiap waktunya

Menjadilah seperti yang dinginkan Nya
Menjadilah seperti Takdir Nya
Maka setiap kita akan selalu tersenyum menghabiskan siang ini

Hitam & Putih

0 comments

Hitam & Putih
Oleh : Dhimas HR
Tak semua yang kau anggap biru akan selalu biru
Tak semua yang kau anggap hitam juga menjadi hitam
Semuanya masih tergantung dari sisi mana kau lihat
Karena setiap warna – warna didunia ini masih mungkin bisa berubah
Perpaduan dua warna yang kemungkinannya selalu berubah – ubah

Jangan kau sama ratakan dengan semua pandangan dan perilakumu
Kau bisa anggap hitam benar – benar hitam
Kau bisa anggap putih benar – benar putih
Tetapi jika saja keduanya kau campur keduanya maka
Hitam bukan lagi hitam
Putih bukan lagi putih
Semuanya menjadi berbeda ketika setiap kita memiliki cara pandang yang berbeda
Jangan sampai engkau salah berpandangan melihat setiap sisinya
Jangan pula silau karena kemilau sinarnya
Karena dia akan selalu bersinar sampai menjelang senja

Sampai rembulan yang cantik menggantikan posisinya di poros angkasa
Jika saja engkau kuat menahan kilau itu meski hanya dengan sebelah mata
Niscaya kau dapat melangkah tanpa beban karena jalan yang kau cari terhampar
Begitu rupa di depan diujung – ujung jemari kakimu
Tanpa onak tanpa kerikil hanya rumput lembut menuju lembah keagungan

Diantara Ujung – Ujung Rasa

0 comments

Monolog : Diantara Ujung – Ujung Rasa
Oleh : Dhimas HR
Theme Song : Diantara Kalian

Hanya kepada sang bintang di tengah ilalang itu aku sampaikan segala tentangmu…
Hanya kepada detak yang berdenyut lembut diujung nadi aku simpan semua kisah yang mestinya mistery
Engkau bagai rajawali yang tajam menukik tepat diujung rasaku
Engkau seperti lebah yang manis dan tersimpan rapi didalam sarang dipucuk cemara

Namun sayang……rantingnya hampir patah dan tak berdahan
Waktu kian berlalu

Membuka hampir seluruh tabir kencanamu yang kian layu berguguran
Dan semua nya kelu…mati rasa tanpa kalimat pun sepatah

Siapakah sebenarnya engkau
Sehingga seluruh rasa dahaga ini seakan sirna meski hanya sedetik bersama senyum kecil itu
Siapakah gerangan yang disana yang tak mampu membuatmu tersenyum

Sungguh bodohnya yang disana ketika tak mengenalimu lebih dalam sedalam relung jiwaku ini
Mestinya pahamilah palung yang paling dalam disisi bathinya pasti ada sesuatu yang mungkin membuatmu menjadi lain…..menjadi manusia seutuhnya yang bisa mempertahankan harkat.
Sebaiknya memang tak ada lagi sekat diantara ujung – ujung rasa
Melebur menjadi satu dalam asa tanpa makna apa – apa
Hanya sekilas lalu menghilang bersama munculnya fajar harapan

Aku tak pernah mengerti arah mana yang kau tuju untuk melabuhkan semua itu
Semua yang pernah kau curahkan bersama jatuhnya airmata saat dini dalam hening
Bah.....semuanya musnah ....semuanya hilang ketika kau menyebut lagi tentang kumbang
Kumbang jantan yang katanya pernah menyengatmu dengan segala kebencian bisanya....

Dan kini
Saatnya aku undur diri dari pusara itu
Manakala pernah menjadi tempat kita bernaung melawan semua kelu...melawan semua kebencian
Tempat bersandar ketika otak ini tak lagi mau menerima segala resah

Aku bukan siapa – siapa bagi siapapun
Aku hanyalah seutas tali yang menjadi tambatan berlabuhnya bahtera singgah

Didermaga yang lalu lalangnya memang ricuh ...riuh dan memabukan
Mestinya aku sadari ....dan mestinya aku sadar diri...aku bukan siapa – siapa
Bodoh....!!!!
Kenapa harus menyalahkan waktu yang memang tak pernah mau kembali
Seharusnya justru aku yang mengikuti waktu bukan menyesali waktu

Ah....!!!!
Memang aku yang bodoh_Konyol
Memang aku yang tak mengerti tentang rasa mungkin
Ini semua kenapa harus terjadi
Diantara aku.......engkau dan sang rajawali

Yang sama – sama tidak mungkin disamakan
Yang semuanya memang harus berpendar seperti lilin dipagi hari

Samar – samar seperti fajar tertutup kabut
Kembalilah ke sarang rajawali sembari membenahi letaknya.....Memperbaikinya
Agar sarangmu tidak lagi goyah karena diterpa angin......Jika saja kuat
Namun engkau bisa berjalan tanpa tertatih jika mengerti rembulan

Engkau juga bisa menjadi diri sendiri seperti rajawali
Sadarilah bahwasanya semua tidak mungkin sekecil yang diingingkan jiwamu
Pernah ....malam itu kau tawarkan untuk ku
Sebuah rasa yang mungkin sangat tidak masuk akal bagi orang waras
Tentang angan dan harapan orang tidak normal katamu

Tapi....
Kenapa engkau tawarkan malam yang dini itu bersamaku_Bersama Daun Pintu yang mulai retak
Kenapa pula manisnya lafadz yang kau sampaikan menjadi segunduk gunung batu yang terjal
Yang pada akhirnya tak mampu membawa keinginan malam mencari fajar diufuk timur
Hanya bergantung diantara ujung – ujung rasa yang tak pernah padam

Belum Sempat Dipentaskan Nich

Pasang Iklan Gratis