Aku melupakan masa laluku dengan sesuatu dan aku mendengarmu, dan aku mendengar iringan musik di rongga jiwa yang menggetarkan alam. Aku sekarang tau bahwa ada sesuatu yang lebih tinggi dari pada langit dan lebih dalam dari pada lautan, lebih asing dari pada kehidupan dan keheningan jiwa. Dan salahlah bagi mereka yang mengira bahwa Cinta itu datang karena pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tidak tercipta dalam sesaat, maka ia tak akan tercipta bertahun-tahun.
Kemarin engkau seperti saudaraku yang menemani kehidupanku dan bersama-sama dalam asuhan tutur mentari. Dan sekarang aku merasakan kehadiran sesuatu yang lebih asing, suatu percampuran rasa takut, cemas dan bimbang yang tak kukenali yang memenuhi hatiku dengan duka cita.
Dan siapa yang akan percaya pada kisah ini, siapa yang akan percaya bahwa kisah itu telah membawa sirna hambatan-hambatan jiwa yang penuh keraguan. Dan mereka masih tak percaya karena mereka tak tahu bahwa Cinta adalah satu-satunya bunga yang tumbuh dan berbunga tanpa bantuan musim dan iklim. Dan Tangan Tuhan telah mengakrabkan setiap roh sebelum kelahiran dan kehidupan manusia tidak bermula dari rahim dan tak pernah berakhir diliang kubur.
Segala yang dilakukan insan dengan penuh rahasia dimalam hari akan menjadi jelas terbaca disiang hari. Tingkah laku yang disembunyikan hari ini, akan diteriakan disetiap jalanan esok pagi. Dan jika sang prahara memisahkan kita dilautan yang buas ini, sang bayu akan menyatukan kita dipantai yang tenang, dan jika hidup ini membantai kita, maut akan menyatukan kita. Hati nurani wanita tak kan berubah oleh waktu dan musim bahkan jika mati abadi. Dan hati itu tak kan pernah hilang Mokswa. Hati wanita seperti sebidang padang yang berubah menjadi medan perang, jika pohon-pohon tumbang, terbakar dan batu-batu berubah menjadi merah karena darah dan bumi ditanami tulang-tulang dan tengkorak, maka ia akan tenang dan memulai pekerjaan di fajar dini. Dan aku ingin menjadi apa yang Kau sukai.
Besok takdir akan menempatkan dirimu-diriku ditengah-tengah sebuah keluarga yang damai, namun takdir akan mengirimku kedalam medan perang berdarah - darah. Engkau akan berada dirumah dalam damai bersama keindahan. Engkau akan memasuki gerbang kehidupan, sementara aku akan menjalani ketakutan, sementara aku akan memasuki kematian. Engkau akan diterima dengan iringan tanah sementara aku akan berada dalam kesunyian, asing dalam kesepian dan aku akan membangun patung cinta dan memujanya, bersama Restu Illahi.
Aku tidak takut pada kisahku, karena orang-orang yang tenggelam tidak takut basah kuyup. Aku hanya cemas kalau engkau jatuh dalam jebakan dan menjadi mangsa. Engkau masih merdeka seperti sinar surya, engkau tak perlu takut karena aku tak pernah takut pada takdir yang menancapkan anak panahnya didadaku. Dan aku merasa dahaga jiwaku kian meradang, namun dahaga jiwa lebih manis dan ketakutan lebih terhormat dari keselamatan tubuh. Dan engkau masih berada dipuncak kehidupan, engkau bisa berjalan dengan merdeka menempuh kehidupan yang luas dan lapang. Engkau bebas bersama obor nurani yang menerangi jalanmu. Engkau bisa berfikir, berbicara dan berbuat sesukamu dan engkau bisa mengukir namamu diwajah bumi dengan angan-angan yang memang maha dahsyat. Dan kini aku merasa bagai seekor burung yang terbang yang menyaksikan keindahan padang kalbu nurani dan terbang mengharap pada alam.
Dalam hidup ada sesuatu yang lebih berharga dan lebih tinggi dari pada hasrat maya. Dan aku merasakan sesuatu itu menelanjangi perasaanku untuk menuju keabadian rasa. Ada sesuatu yang lebih agung dan murni dari pada yang diucapkan mulut. Keheningan menerangi jiwa-jiwa dan berbisik kehati dan jantung lalu bersatu dalam rasa. Keheningan menyadarkan aku bahwa tubuhku tidak lebih dari penjara dan bahwa dunia adalah pengasingan.
Dan seorang wanita yang telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran yang sekaligus nyata dan semu. Yang hanya bisa dipahami oleh Cinta dan Rasa dan hanya bisa tersentuh dengan Kebajikan bukan Bentuk Wujud.
Aku hanyalah jiwa yang penuh luka yang menemukan kedamaian dalam kesendirian dan memiliki tangan sutra yang lembut namun dengan jemarinya yang perkasa, meremas jantung dan membuatnya terasa perih. Dan kesendirian merupakan sekumpulan cerita duka yang merindu damai puji-pujian kepada Yang Esa. Dan akulah rasa yang bertahta dalam istana itu, dan aku masih diam merajam pernuh rasa.
Dan aku bersama jiwaku bertanya-tanya, kenapa tidak segera hilang dari ruang sempit ini, ruang yang hanya menyesakkan nafas harapanku. Kenapa engkau masih seperti hantu dan mengganggu jalan pikiranku. Kenapa engkau masih takut pada kisahmu sendiri.
Dan cobalah engkau lihat, engkau renungkan, betapa waktu telah merubah segalanya. Merubah jalan itu menjadi berduri dan meninggalkan kisah itu dalam puing-puing luluh lantak tanpa sisa yang terbaca dan termakna oleh jiwa yang mati Merubah kehidupan aku dan jiwaku menjadi renta. Merubah pijakan kakiku tak sekuat masa muda kisah itu. Dan hampir membuatku jatuh tersungkur memeluk bumi dan misterinya.
Berlalulah yang hendak berlalu karena dunia memang tidak ada yang tidak berlalu. Karena semua kisah tidak ada yang tidak berlalu. Dan aku masih mampu untuk bernyanyi menghibur sahabat damaiku yang bertahta dijiwa. Dialah rasa yang selama ini selalu menemani, menghibur, dan memberikan kekuatan. Sebuah kekuatan yang tak tergoyahkan oleh apapun, sekuat apapun, sekeras apapun kecuali kuasa-Nya.
Hanya kedamaian dan ketenangan yang akan menemaniku dalam setiap langkah jejakku. Hanya kebisuan yang pasti menjadi teman berbicara beserta gelitik jiwaku yang selalu berbisik – bisik lirih menguatkan. Dan senyuman senja itu menjadi restuku menjadi restu dari ilahi robbi. Bersama malam yang hening bersama hening yang senyap dan kesenyapan itu memberiku lentera sangat terang dalam keabadian jiwa.Semuanya sudah terlalu asing bagi jiwaku namun justru semakin bisa kukenali diri ini bersama gelitik jiwa yang seakan tersenyum simpul dan bisikan – bisikan lirih sang penjaga malam.
Akulah yang akan terus menjadi penuntunmu menuju sebuah tahta yang sangat tinggi tak terjangkau tangan – tangan setan. Akulah yang menjadi penopang bahtera ketika mulai goyah dan miring jalannya. Akulah yang selalu menjadi pijakan ketika engkau melintas dijalanan penuh duri – duri setajam belati. Akulah yang menjadi penggali tanah untuk engkau tanami benih – benih kehidupan sebagai pertanda pergantian usia.
Dan siapa yang akan percaya pada kisah ini, siapa yang akan percaya bahwa kisah itu telah membawa sirna hambatan-hambatan jiwa yang penuh keraguan. Dan mereka masih tak percaya karena mereka tak tahu bahwa Cinta adalah satu-satunya bunga yang tumbuh dan berbunga tanpa bantuan musim dan iklim. Dan Tangan Tuhan telah mengakrabkan setiap roh sebelum kelahiran dan kehidupan manusia tidak bermula dari rahim dan tak pernah berakhir diliang kubur.
Segala yang dilakukan insan dengan penuh rahasia dimalam hari akan menjadi jelas terbaca disiang hari. Tingkah laku yang disembunyikan hari ini, akan diteriakan disetiap jalanan esok pagi. Dan jika sang prahara memisahkan kita dilautan yang buas ini, sang bayu akan menyatukan kita dipantai yang tenang, dan jika hidup ini membantai kita, maut akan menyatukan kita. Hati nurani wanita tak kan berubah oleh waktu dan musim bahkan jika mati abadi. Dan hati itu tak kan pernah hilang Mokswa. Hati wanita seperti sebidang padang yang berubah menjadi medan perang, jika pohon-pohon tumbang, terbakar dan batu-batu berubah menjadi merah karena darah dan bumi ditanami tulang-tulang dan tengkorak, maka ia akan tenang dan memulai pekerjaan di fajar dini. Dan aku ingin menjadi apa yang Kau sukai.
Besok takdir akan menempatkan dirimu-diriku ditengah-tengah sebuah keluarga yang damai, namun takdir akan mengirimku kedalam medan perang berdarah - darah. Engkau akan berada dirumah dalam damai bersama keindahan. Engkau akan memasuki gerbang kehidupan, sementara aku akan menjalani ketakutan, sementara aku akan memasuki kematian. Engkau akan diterima dengan iringan tanah sementara aku akan berada dalam kesunyian, asing dalam kesepian dan aku akan membangun patung cinta dan memujanya, bersama Restu Illahi.
Aku tidak takut pada kisahku, karena orang-orang yang tenggelam tidak takut basah kuyup. Aku hanya cemas kalau engkau jatuh dalam jebakan dan menjadi mangsa. Engkau masih merdeka seperti sinar surya, engkau tak perlu takut karena aku tak pernah takut pada takdir yang menancapkan anak panahnya didadaku. Dan aku merasa dahaga jiwaku kian meradang, namun dahaga jiwa lebih manis dan ketakutan lebih terhormat dari keselamatan tubuh. Dan engkau masih berada dipuncak kehidupan, engkau bisa berjalan dengan merdeka menempuh kehidupan yang luas dan lapang. Engkau bebas bersama obor nurani yang menerangi jalanmu. Engkau bisa berfikir, berbicara dan berbuat sesukamu dan engkau bisa mengukir namamu diwajah bumi dengan angan-angan yang memang maha dahsyat. Dan kini aku merasa bagai seekor burung yang terbang yang menyaksikan keindahan padang kalbu nurani dan terbang mengharap pada alam.
Dalam hidup ada sesuatu yang lebih berharga dan lebih tinggi dari pada hasrat maya. Dan aku merasakan sesuatu itu menelanjangi perasaanku untuk menuju keabadian rasa. Ada sesuatu yang lebih agung dan murni dari pada yang diucapkan mulut. Keheningan menerangi jiwa-jiwa dan berbisik kehati dan jantung lalu bersatu dalam rasa. Keheningan menyadarkan aku bahwa tubuhku tidak lebih dari penjara dan bahwa dunia adalah pengasingan.
Dan seorang wanita yang telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran yang sekaligus nyata dan semu. Yang hanya bisa dipahami oleh Cinta dan Rasa dan hanya bisa tersentuh dengan Kebajikan bukan Bentuk Wujud.
Aku hanyalah jiwa yang penuh luka yang menemukan kedamaian dalam kesendirian dan memiliki tangan sutra yang lembut namun dengan jemarinya yang perkasa, meremas jantung dan membuatnya terasa perih. Dan kesendirian merupakan sekumpulan cerita duka yang merindu damai puji-pujian kepada Yang Esa. Dan akulah rasa yang bertahta dalam istana itu, dan aku masih diam merajam pernuh rasa.
Dan aku bersama jiwaku bertanya-tanya, kenapa tidak segera hilang dari ruang sempit ini, ruang yang hanya menyesakkan nafas harapanku. Kenapa engkau masih seperti hantu dan mengganggu jalan pikiranku. Kenapa engkau masih takut pada kisahmu sendiri.
Dan cobalah engkau lihat, engkau renungkan, betapa waktu telah merubah segalanya. Merubah jalan itu menjadi berduri dan meninggalkan kisah itu dalam puing-puing luluh lantak tanpa sisa yang terbaca dan termakna oleh jiwa yang mati Merubah kehidupan aku dan jiwaku menjadi renta. Merubah pijakan kakiku tak sekuat masa muda kisah itu. Dan hampir membuatku jatuh tersungkur memeluk bumi dan misterinya.
Berlalulah yang hendak berlalu karena dunia memang tidak ada yang tidak berlalu. Karena semua kisah tidak ada yang tidak berlalu. Dan aku masih mampu untuk bernyanyi menghibur sahabat damaiku yang bertahta dijiwa. Dialah rasa yang selama ini selalu menemani, menghibur, dan memberikan kekuatan. Sebuah kekuatan yang tak tergoyahkan oleh apapun, sekuat apapun, sekeras apapun kecuali kuasa-Nya.
Hanya kedamaian dan ketenangan yang akan menemaniku dalam setiap langkah jejakku. Hanya kebisuan yang pasti menjadi teman berbicara beserta gelitik jiwaku yang selalu berbisik – bisik lirih menguatkan. Dan senyuman senja itu menjadi restuku menjadi restu dari ilahi robbi. Bersama malam yang hening bersama hening yang senyap dan kesenyapan itu memberiku lentera sangat terang dalam keabadian jiwa.Semuanya sudah terlalu asing bagi jiwaku namun justru semakin bisa kukenali diri ini bersama gelitik jiwa yang seakan tersenyum simpul dan bisikan – bisikan lirih sang penjaga malam.
Akulah yang akan terus menjadi penuntunmu menuju sebuah tahta yang sangat tinggi tak terjangkau tangan – tangan setan. Akulah yang menjadi penopang bahtera ketika mulai goyah dan miring jalannya. Akulah yang selalu menjadi pijakan ketika engkau melintas dijalanan penuh duri – duri setajam belati. Akulah yang menjadi penggali tanah untuk engkau tanami benih – benih kehidupan sebagai pertanda pergantian usia.
0 comments:
Post a Comment