
Seserius apakah saat kau menjanjikan dunia penuh tawa?
Haruskah aku percaya atau malah tertawa?
Krakk, bunyi itu terdengar keras menghantam hati serta jantungku. Tapi, tak satupun raga mendengar. Orang-orang di sekitar ruangan baca itu tetap sibuk dengan aktivitasmasing-masing. Tak satupun menoleh untuk kuatkan batinku. Begitu juga dengan Dana yang masih terus bercerita. Bibirnya komat-kamit seperti mbah dukun sambil menguliti buah apel. Duh, Na tak bisakah kau bunuh saja aku dengan pisau apel...