Puisiku yang Bisa Bicara Bukan Aku
Bagaimanapun aku dan puisiku takkan pernah bisa bersatu.
Ia terlalu angkuh mengenal jasadku yang terbilang lugu
Aku yang selalu ketinggalan berlari jauh darimu
Tubuhku yang rapuh tak bisa mengejar lakumu
Ah, puisi
Kau hanya perwakilan isi hati
Ketika jasadku mati, tak mau peduli
Ketika mataku rabun, mulutku tertegun
Murung.
Dan,
Ketika kau temukanku dibelantara nyata nanti, biarlah puisi puisiku yang berlagu
Bukan aku, penulismu
Karena aku akan tetap gadis lugu yang sering kesulitan bilang ini itu, mauku
Aku?
Selalu setia menunggui kabarmu sepanjang hari menggantikan ragaku yang sulit berbicara “aku”
Sumber : http://www.kemudian.com/
0 comments:
Post a Comment