Selamat Datang Di Kota Batik Pekalongan.Portal Penulis Pekalongan Dan Sekitarnya.Sahabat Media Juga Dapat Mengirimkan Informasi Sekitar Pekalongan Melalui Email : dhimashr@gmail.com Atau Sms Online Di 0815 480 92192***###########***Swanten Qustique Lagi Nyari Singer Cewe Yang Suka Banget Ma Lagu2nya Nicky Astrea. Yang Merasa Punya Hoby Nge Rock Dengan Bit Bit Slow Silahkan Persiapkan Mental Buat Gabung Bareng Kita Yaaak. Wilayah Comal Bojong Sragi Diutamakan Untuk Mempermudah Jarak Tempuh.SMS Dulu Juga Boleh......

Thursday, 2 June 2011

Gallery Pro Fm

0 comments




Kegiatan Penyiaran Radio Pendidikan & Budaya Pro Fm - Pekalongan

Monday, 30 May 2011

Pro Gallery_Gallery Staff & Crew

0 comments


Inilah Aksi Seorang Punggawa Siar Yang Lagi Mem Produksi New's Untuk Siaran Berita Lokal Sragi - Pekalongan....heheheh
 

Pro Gallery_Gallery Studio

0 comments

Pro Gallery

0 comments
Disinilah Sahabat - Sahabat Pro Fm Bisa Berbagi Dengan Yg Lain Sekaligus Sahabat Sahabat Bisa Tengok Gallery Studio Radio Pro Fm

Monday, 9 May 2011

3 In One_Virus Togel

0 comments
Virus Togel


Dhimas HR

3 In One_Tembang Kangen

0 comments
Tembang Kangen


Dhimas HR




Matur Mba Deasy.....Semoga Benar Benar Bisa Menjadi Model Video Klip Ya.....Semoga Aja Ada Produser Yang Berniat Mengorbikan.....

3 In One_Ombak Segara

0 comments
Ombak Segara


Dhimas HR

3 In One_Mencla Mencle

0 comments
Mencla Mencle


Dhimas HR

3 In One_Bus Way Terakhir

0 comments
Bus Way Terakhir


Dhimas HR

3In One - Aja Kesusu_Mujito

0 comments
Aja Kesusu



Dhimas HR

3 In One_Alboem

0 comments
Bagi Sahabat Sahabat Media yang ingin menikmati lagu campursari karya Orang Pemalang silahkan Ikuti Link nya ya...Maturnuwun




  1. 3In One - Aja Kesusu_Mujito
  2. 3In One - Bus Way Terakhir
  3. 3In One - Mencla Mencle
  4. 3In One - Ombak Segara
  5. 3In One - Tembang Kangen
  6. 3In One - Virus Togel

Tuesday, 1 March 2011

Primadona Yang Bijaksana_Tifatul Sembiring

0 comments

Tifatul dan Twit 'Okkots' yang Dihapus

Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring memang kerap bikin heboh. Dengan hampir 200 ribu pengikut di Twitter, pemilik akun @tifsembiring itu tak henti-hentinya jadi 'primadona' pengguna Twitter di Indonesia.

Selasa (1/3), dia kembali membuat ramai. Gara-garanya adalah sebuah twit: "PSSI itu bukang perusahaang. Kalau sedang diterangkang, coba dengarkang, penting itu pengalamang. Mengerti kang?"

Kalimat itu ia publikasikan saat Ketua Umum PSSI Nurdin Halid sedang menghadap para wakil rakyat yang terhormat di kompleks Senayan, dalam rangka rapat dengar pendapat. Twit itu menirukan (secara agak berlebihan) gaya bicara orang-orang dari kampung halaman Nurdin, yaitu Makassar (dan sekitarnya).Rupanya tak semua orang menganggap twit dari Tifatul itu lucu. Ia menuai protes. Pak Menteri pun menghapus twit itu, lalu meminta maaf pada para pengikutnya. "Maaf jika ada yang tersinggung dengan twit berkait okkots sebelumnya. Sama sekali tidak ada maksud menghina. Sama seperti jika dialek lain ditirukan," kata Tifatul.

Hmmm, okkots? Apa itu okkots?
Okkots adalah istilah yang populer di Makassar, dan juga di Sulawesi Selatan pada umumnya. Okkots merujuk pada kebiasaan pelafalan yang terbiasa dengan bahasa lokal, yang lalu terbawa-bawa saat si pengguna mengucapkan kata-kata dalam bahasa Indonesia.

Umumnya, okkots terjadi pada fonem-fonem nasal seperti 'n', 'm', dan 'ng'. Pengucapan konsonan-konsonan tersebut jadi tertukar-tukar. Yang berakhiran 'n' jadi 'ng', seperti contoh yang diberikan Tifatul. Di luar contoh itu, okkots juga kerap terjadi saat konsonan 'n' bertemu konsonan seperti 'b' atau 'p'.

Cipu Suaib di situsnya okkots.com, yang banyak membahas soal okkots, bahkan mengaitkan kebiasaan okkots dengan tajwid, alias tata cara pembacaan bahasa Arab. Mirip kaidah tajwid, konsonan 'n' bisa lebur jadi 'm' saat bertemu 'b'. Contoh: "kuingin berada" menjadi "kuingim berada".

Klik ini untuk melihat berbagai artikel soal okkots dari Cipu.
Fenomena okkots ini bisa jadi lucu bagi pendengar yang tidak biasa. Di Makassar sendiri, 'ke-okkots-an' (aslinya berasal dari kata okko' yang berarti melewati batas) juga kerap dijadikan candaan.

Ciri-ciri khas lokal, dalam penggunaan bahasa Indonesia, kerap kita jumpai di berbagai daerah, dari Sabang sampai Merauke. Dialek daerah tertentu bisa terdengar lucu bagi pengguna bahasa di daerah lain yang tak terbiasa mendengarnya. Ini hanyalah satu dari hamparan kebhinekaan yang terdapat di Indonesia. Dan kita tentu bisa (dan terus belajar untuk biasa) menerima keberagaman itu.

Maka Tifatul pun merasa perlu menjelaskan, seperti yang ia lakukan Senin kemarin itu. Kata dia, di kalangan masyarakat Indonesia selalu ada ungkapan maupun gurauan yang berkait dengan etnis. "Itu yang (mem)buat jiwa sehat karena kita bisa bercermin," ujar dia.

Tifatul lalu menghapus twitnya demi menghormati mereka yang terlanjur marah dengannya. Kasus okkots Tifatul ini mengingatkan kita, bahwa perkataan di Twitter pun tetap mesti mempertimbangkan berbagai aspek, apalagi di ranah di mana intonasi absen, sehingga mereduksi makna-makna yang mungkin tersirat. Seperti okkots yang adalah bagian kebhinekaan, reaksi terhadap sebuah twit pun bisa bhineka.
Maka, berhati-hatilah agar tidak salah ucat. Eh, salah ucap. Okkots mi sede'! :-)

Dodi IR_http://id.news.yahoo.com/

Friday, 4 February 2011

Berita Remaja_Selamat Jalan Adji Massaid

0 comments
Selamat Jalan Adji Massaid......
 VIVAnews - Artis dan juga anggota DPR, Adjie Massaid, dikabarkan meninggal dunia di Rumah Sakit Fatmawati, Sabtu 5 Februari 2011. Suami dari Angelina Sondakh ini meninggal dunia pukul 00.00 WIB di Unit Gawat Darurat RS Fatmawati. Menurut informasi yang diterima, sebelum meninggal, Adji Massaid sempat bermain bola. 

Sosok yang juga menjabat sebagai manajer timnas U-23 ini sempat menjalani perawatan sebelum akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir. "Sampai di kamar mayat pukul 01.00," ujar petugas jaga kamar mayat RS Fatmawati, Yayat saat dihubungi VIVAnews.com, Sabtu 5 Februari 2011.  

Pemilik nama lengkap Raden Pandji Chandra Pratomo Samiadji Massaid ini lahir di Jakarta, 7 Agustus 1967 silam. Memulai karir sebagai model, Adjie akhirnya terjun ke dunia politik. Ia adalah anggota DPR-RI periode 2004-2009 dan 2009-2014 dari Partai Demokrat.

Adjie menikah dengan penyanyi Reza Artamevia tanggal 9 Februari 1999. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai 2 orang anak bernama Zahwa dan Aaliya. Pasangan ini bercerai pada 17 Januari 2005.

Selanjutnya, Adjie menjalin hubungan dengan Angelina Sondakh, mantan Puteri Indonesia yang juga anggota DPR-RI untuk Partai Golkar (pada periode 2009-2014 untuk Partai Demokrat). Keduanya menikah 29 April 2009.

Thursday, 20 January 2011

Pembayaran Listrik Online_Chek Tagihan

0 comments

Sahabat Media....
Chek Tagihan Listrik Anda Dari Sini
Klik...Trus Masukin 12 Digit ID Pelanggan Anda

Semoga Listrik Tidak Naik Selalu Ya....

Friday, 14 January 2011

Kumpul Indhie_Kumpul Musisi

0 comments
Kumpul Band Indhie Comal Dan Sekitarnya

Piscess Of 17Band
Puff Band
Navyseal
Lembayung
Redzone_MediazBand
3 In One_Campoersari Pemalangan


Klik Untuk Kumpulan Lagu - Lagunya

Kumpul Indhie_Kumpul Lagu Indhie

0 comments
Kumpul Lagu Indhie

Piscess Of 17Band_Baca Selebihnya
Puff Band_Baca Selebihnya
Navyseal_Baca Selebihnya
Lembayung_Baca Selebihnya
Redzone_MediazBand_Baca Selebihnya

Saturday, 8 January 2011

Tokoh Indonesia_Marga T

0 comments

Marga T  "Tjia Liang Tjoe"
CV

PromediaNews_Sebagai penulis Novel Roman yang paing populer dan produtif pada Zamanya Marga T telah menerbitkan 128 Cerita Pendek dan 67 Buku (untuk anak - anak, Novel serta Kumpulan Cerpen). Banyak penulis lain bermunculan lalu mengikuti jejaknya menulis Novel - Novel Manis.

Semakin piawai seorang penulis meramu kata menjadi deretan kalimat penuh makna, semakin banyak pula pembaca yang menyukai karyanya. Paralel dengan hal tersebut, jika semakin banyak orang yang berminat pada karya seorang penulis, semakin terdorong pula sang penulis menghasilkan karya bermutu lainnya. Demikianlah halnya dengan Marga T, kehebatannya dalam meramu kata-kata ini telah mengantarkan namanya menjadi salah satu penulis cerita pendek dan novel terpopuler sekaligus terproduktif di Tanah Air.

Seiring dengan semakin digandrunginya karya-karya tulisannya, ketenaran nama Marga T juga ikut menanjak, sebuah predikat yang sangat dimimpi-mimpikan oleh kebanyakan orang. Namun, jika sebagian orang rela mengejar popularitas dengan segala cara, tidak demikian halnya dengan Marga T. Sebaliknya, wanita keturunan Tionghoa bernama Indonesia Margaretha Harjamulia dan bernama Tionghoa Tjia Liang Tjoe ini selalu menolak permintaan beberapa koran dan majalah yang ingin mewawancarainya. Bahkan ia juga kerap mengelak ketika wartawan ingin mengambil gambarnya. Perempuan kelahiran Jakarta, 27 Januari 1943 itu enggan terkenal karena takut kebebasannya terampas. “Khawatir kalau tidak lagi bebas naik bis atau nonton bioskop. Kalau sudah tidak bebas, habislah semua sumber cerita saya,” katanya. 

Sejak masih kecil ia telah rajin menulis. Tepatnya, setelah seorang guru membacakan karangannya saat ia duduk di bangku kelas 3 SD. Keinginan Marga untuk menjadi penulis timbul dari kegemarannya membaca buku. Ia senang membaca cerpen di Star Weekly dan buku-buku perpusatakaan di sekolah. Semasa SMP, ia mulai menulis cerpen untuk majalah sekolah. Bakat menulisnya pun semakin terasah. 

Masih jelas dalam ingatannya ketika ada seorang temannya yang penasaran dengan sang penulis cerpen tersebut. Namun karena merasa malu, Marga pun hanya bisa diam. Walaupun pada akhirnya ketahuan juga kalau ia yang menulis. Sejak saat itu, berkat kemampuan menulisnya, Marga kemudian dipercaya untuk mengelola majalah sekolahnya hingga tamat SMA dan duduk sebagai redaktur majalah Kanisius. Pada waktu remaja, Marga mengaku seringkali dilanda perasaan grogi saat harus berhadapan dengan lawan jenis. Namun seiring berjalannya waktu, semua itu bisa diatasinya.


Pada tahun 1964, ia menghasilkan cerita pendek yang pertama, Kamar 27, yang dimuat dalam koran Kompas, yang kemudian disusul oleh bukunya yang pertama, Rumahku adalah Istanaku, sebuah cerita anak-anak, yang diterbitkan pada 1969. Buku pertamanya ini memenangkan sayembara Balai Pustaka. Sejak itu karangannya bermunculan di berbagai koran dan majalah Jakarta. Ia sendiri sudah tak ingat jumlah yang pasti. Namanya mulai dikenal bahkan meroket di tengah publik pada tahun 1971, ketika novel pertamanya yang berjudul Karmila dipublikasikan. Sebelum dibuat dalam bentuk novel, Karmila telah dipublikasikan oleh koran Kompas sebagai cerita bersambung.

Sebelumnya, penolakan kerap kali diterima Marga, namun ia tak menyerah dengan terus memperbaiki tulisannya. Kesuksesan novel bertema cinta ini rupanya membawa berkah tersendiri bagi Marga. Ia yang ketika itu masih berstatus sebagai mahasiswa di fakultas kedokteran akhirnya berhasil menyelesaikan kuliahnya. Tak hanya itu, Karmila yang telah dicetak ulang sebanyak sembilan kali dan difilmkan itu juga berhasil mewujudkan impiannya berkeliling Eropa. “Ingin mencari pengalaman sebelum terikat pada pekerjaan sebagai dokter,” katanya saat itu.

Ternyata benua biru itu tak hanya menjadi tempat mencari pengalaman bagi Marga. Di sana wanita yang gemar membaca dan mendengarkan musik itu juga bertemu dengan pria yang kemudian menjadi suaminya, seorang insinyur teknik kimia, yang ternyata satu almamater dengan Marga. Berbicara tentang kedudukannya sebagai dokter, penulis dan juga seorang istri, Marga berpendapat, “Bila seorang wanita sudah memilih untuk menikah, maka seharusnya kedudukan sebagai istrilah yang paling membahagiakan.” Marga adalah dokter lulusan Universitas Res Publica (sekarang Trisakti). Karena itulah dalam banyak novelnya Marga memperlihatkan pengenalannya yang cukup dalam terhadap dunia medis

Sebagai penulis, Marga termasuk pekerja keras dan disiplin. Ia dapat menghabiskan waktu empat hingga lima jam sehari dalam mengarang. Di sela-sela waktunya, ia gemar membaca apa saja. “Masyarakat berhak memilih bacaan yang disukainya, tapi penulis tidak. Ia harus membaca tulisan siapa pun,” ujar pemilik nama lengkap Margaretha Harjamulia ini. Ia pun tak segan menghabiskan puluhan ribu untuk membeli novel.

Pada 1974, atau tiga tahun setelah kesuksesan Karmila, Marga T kembali hadir dengan karya teranyarnya, novel Badai Pasti Berlalu. Selain karena hobi, Marga juga pandai membaca pasar, dimana saat itu masyarakat haus akan novel hiburan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan novel pertamanya, Karmila, Badai Pasti Berlalu awalnya sebuah cerita bersambung, namun karena respon positif dari pembaca maka dicetak dalam bentuk novel.

Tak kalah pamor dengan Karmila, Badai Pasti Berlalu pun mendapat respon positif dari masyarakat. Padahal, buku yang mengisahkan tentang perjalanan cinta Leo dan Siska itu dijual dengan harga yang cukup tinggi saat itu, yakni Rp800. Kesuksesan Badai Pasti Berlalu menarik minat sutradara kondang, Teguh Karya untuk memfilmkannya. Tiga tahun berselang, sama seperti novelnya, film yang dibintangi Roy Marten, Christine Hakim, Slamet Rahardjo, dan Mike Wijaya itu pun mendapat sukses besar.

Dalam ajang penghargaan bergengsi untuk insan film kala itu, Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1978, Badai Pasti Berlalu sukses menyabet Piala Citra untuk kategori editing, fotografi, editing suara dan musik. Tak berhenti sampai di situ, film berdurasi 112 menit ini juga berhasil meraih piala Antemas FFI 1979 sebagai film terlaris sepanjang tahun 1978-1979 dan sebagai film terlaris kedua di Jakarta dengan jumlah penonton 212.551 orang, angka yang terbilang fenomenal di masa itu.

Nama Marga pun kian melejit. Kesuksesan kedua novel ini merangsangnya untuk terus menulis. Hingga kini, Marga telah menerbitkan 128 cerita pendek dan 67 buku (untuk anak-anak, novel serta kumpulan cerpen). Ia pernah dianggap sebagai salah seorang penulis terbaik untuk jenis cerita hiburan sehat. Bahasanya sederhana dan lincah. Adegan-adegan asmara yang diungkapkannya tak tergelincir menjadi cengeng dan murahan. Bahkan sampai kepada pelukisan hubungan biologis pria-wanita, ia berhasil menyuguhkan cara yang tak membuat pembaca jijik atau bergidik.

Sejak kemunculan Marga dengan Karmila dan Badai Pasti Berlalu-nya itu, membuat banyak penulis lain ikut bermunculan lalu mengikuti jejaknya menulis novel-novel manis. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman, tulisan Marga T pun semakin bervariasi. Tidak hanya kisah-kisah cinta yang manis, tetapi juga novel detektif, spionase, dan cerita satire. Tentunya hal itu tak lepas dari kegemarannya membaca berbagai judul buku. Novelnya "Sekuntum Nozomi", misalnya, buku ketiga yang terbit pada 2004, mengangkat kisah seputar tragedi Mei 1998 yang menelan banyak korban khususnya di kalangan kaum perempuan keturunan Tionghoa. e-ti | muli, red

Tokoh Indonesia_Marga T CV

0 comments
Nama Asli:
Margaretha Harjamulia (Tjia Liang Tjoe)
Nama Pena:
Marga T
Lahir:
Jakarta, 27 Januari 1943
Pekerjaan:
Dokter dan Penulis Novel
Pendidikan:
Fakultas Kedokteran Universitas Res Publica (Universitas Trisakti)
Karya:
  • Sekuntum Nozomi (buku satu hingga keempat) (2002-2006)
  • Dibakar Malu dan Rindu (2003)
  • Dipalu Kecewa dan Putus Asa (2001)
  • Amulet dari Nubia (1999)
  • Dicabik Benci dan Cinta (1998)
  • Didera Sesal dan Duka (1998)
  • Matahari Tengah Malam (1998)
  • Melodi Sebuah Rosetta (1996)
  • Dikejar Bayang-bayang (1995)
  • Sepagi Itu Kita Berpisah (1994)
  • Rintihan Pilu Kalbuku (1992)
  • Seribu Tahun Kumenanti (1992)
  • Berkerudung Awan Mendung (1992)
  • Sonata Masa Lalu (1991)
  • Bukan Impian Semusim (1991)
  • Namamu Terukir di Hatiku (1991)
  • Istana di Kaki Langit (1990)
  • Petromarin (1990)
  • Waikiki Aloha: kumpulan satir (1990)
  • Kobra Papageno: Manusia Asap dari Pattaya (1990)
  • Kobra Papageno: Rahasia Kuil Ular (1989)
  • Di Hatimu Aku Berlabuh (1988)
  • Sekali dalam 100 tahun: kumpulan satir (1988)
  • Tesa (1988)
  • Kishi: buku kedua trilogi (1987)
  • Batas Masa Silam: Balada Sungai Musi (1987)
  • Oteba: buku ketiga trilogi (1987)
  • Ranjau-ranjau Cinta (1987)
  • Sembilu Bermata Dua (1987)
  • Setangkai Edelweiss: sambungan Gema Sebuah Hati (1987)
  • Untukmu Nana (1987
  • Saskia: sebuah trilogi (1987)
  • Ketika Lonceng Berdentang: cerita misteri (1986)
  • Bukit Gundaling (1984)
  • Rahasia Dokter Sabara (1984)
  • Saga Merah (1984)
  • Fatamorgana (1984)
  • Monik: sekumpulan cerpen (1982)
  • Sebuah Ilusi (1982)
  • Lagu Cinta: kumpulan cerpen (1979)
  • Sepotong Hati Tua (1977)
  • Bukan Impian Semusim (1976)
  • Gema Sebuah Hati (1976)
  • Badai Pasti Berlalu (1974)
  • Karmila (1971, dibukukan (1973)
  • Rumahku adalah Istanaku (1969)

Pasang Iklan Gratis