Suara Hati Buat Mas Hanung Bramantyo
Dengan segenap hati yang tulus saya sampaikan jutaan terima kasih untuk Mas Hanung karya – karya filmnya untuk bangsa Indonesia ini. Banyak karya panjenengan yang secara langsung atau tidak memberi semangat dan inspirasi untuk diri saya. Mulai dari bagaimana saya berfikir dan bagaimana saya harus bersikap dalam menjalani kehidupan ini.
Mas Hanung dengan segala mahakaryanya semoga senantiasa bertahan dan tidak goyah oleh apapun. Berteguh dan ideologis dalam membuat film – film Indonesia tanpa mengekor atau takut hanya karena Rating. Mas Hanung yang budiman, secara pribadi saya juga mengajak para pembaca media saya untuk mendukung suara hati saya. Jika mereka sehati dan sepemikiran dengan saya pastinya mereka juga akan mendukung suara hati saya ini untuk mas Hanung Bramantyo.
Saya ingin sampaikan sedikit cerita tentang film yang menurut saya pribadi masih sangat dibutuhkan untuk negeri tercinta ini mas. Semenjak saya memasang televisi berlangganan terus terang saya sudah jarang sekali mengikuti acara televisi yang ada di republik ini karena acaranya monoton dan penuh dengan pembodohan masal. Yang anehnya, masyarakat juga masih saja mau dibodoh bodohi sebab pada kenyataannya mereka masih tetap setia menonton televisi. Sinetron – Reality Show - Sampai acara yang katanya hiburan saja masih asyik dengan mengemas tema horror. Sebut saja seperti Opera Van Java yang notabene menurut saya masih cukup bagus untuk di ikuti tetapi kok ternyata masih juga mengangkat tema horror, mestinya sudah tidak perlu lagi mengangkat tema horor.
Semenjak saya berlangganan Aora Tv saya lebih sering menonton acara televisi manca bukan artinya saya tidak Nasionalis tetapi karena memang saya sudah muak menonton acara yang tidak mendidik. Coba anda saksikan film – film yang mereka putar, rata – rata bertema bagus dan berbobot sangat berbeda dengan tayangan televisi di Republik ini. Celestial Movies contohnya, mereka tidak bosan menayangkan film film kolosal perjuangan negaranya. Mereka juga sangat berani mengemasnya dengan berbagai dialek lokal tanpa harus dipoles hanya untuk mengejar Rating semata.
Mas Hanung yang budiman, saya memiliki harapan agar mas Hanung lebih berani lagi dalam menciptakan hasil karyanya dengan segala macam ke aslian dan kekuatan lokal yang sesungguhnya. Tanpa bermaksud menggurui, saya hanya ingin sampaikan bahwa jika memang filmnya berlatar belakang Jawa seharusnya bahasa yang digunakan juga murni bahasa jawa maka untuk itu sangat dibutuhkan para pemain yang bisa berbahasa jawa dengan fasih, bukan bahasa jawa yang dipaksakan. Selama ini kita semua tahu bahwa banyak artis film yang bukan asli jawa mencoba belajar dialog menggunakan bahasa jawa meskipun terdengar sama tetapi toh tetap saja dialek dan kefasihannya tidak sama. Untuk itu, saya rasa tidak selalu menomorsatukan siapa pemain yang terkenal tetapi siapa pemain yang tepat untuk memerankan tokoh tersebut.
Jujur saya semakin mengagumi negeri China Misalnya, Hanya karena seringnya menonton suguhan film yang mereka buat betapa hebatnya mereka mempertahankan negaranya dari penjajahan sampai era kemerdekaan dan semuanya itu hanya diperoleh dari tontonan film film yang mereka buat. Artinya, film juga memiliki peran yang sangat penting untuk membuat pencitraan bagi sebuah bangsa seberapa hebat bangsa itu, seberapa kuat bangsa itu dan seperti apa masyarakat di negeri itu. Kita mungkin sadar bahkan sangat sangat sadar, manakala kita saksikan film film buatan Amerika (Holywood) coba anda semua cermati pasti ada bendera Amerika di setiap Adegannya entah itu sebagai hiasan diruang tamu, hiasan diruang tidur, logo di sebuah mobil atau dimanapun. Tetapi coba coba pembaca sekalian cermati di setiap film Indonesia yang kita tonton pernahkah anda menyaksikan merah putih disetiap Adegannya? Saya rasa itu sangant mustahil kecuali hanya di film yang memang bertema kebangsaan misalnya Perjuangan dan sebangsanya.
Bersambung....